Oleh Siti Riska Ulfah Hidayanti (Peneliti International Trade Analysis and Policy Studies (ITAPS) FEM-IPB)
Sektor pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi (Setyanto, 2002). Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor terpenting terhadap pertumbuhan perekonomian serta pembangunan suatu negara. Aktivitas dari sektor pariwisata sangat berpengaruh terhadap pendapatan negara, terutama pengaruhnya terhadap devisa dan pendapatan pajak bagi negara. Selain itu, aktivitas sektor pariwisata juga membuka peluang lapangan pekerjaan yang cukup luas.
Keberagaman budaya, adat, tradisi, dan bahasa menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia. Selain itu keindahan alam di dataran rendah maupun dataran tinggi Indonesia juga menjadi faktor kuat lainnya. Keramahan masyarakat Indonesia yang sudah dikenal oleh para wisatawan mancanegara juga menjadi faktor pertimbangan lainnya sehingga para wisatawan berkunjung ke Indonesia.
Provinsi Bali merupakan salah satu daerah yang paling terkenal dan diminati oleh para wisatawan mancanegara maupun domestik ketika berlibur ke Indonesia. Bali seakan akan menjadi tujuan wisata utama bagi para wisatawan mancanegara yang baru pertama kali ke Indonesia. Keindahan alam Bali yang dikenal dengan berbagai destinasi wisata pantai menjadi salah satu faktor utama bagi para wisatawan terutama wisatawan mancanegara. Destinasi wisata seperti kawasan Kuta, Nusa Penida, Pantai Pandawa merupakan sebagian kecil dari destinasi wisata Bali yang telah mendunia. Selain keindahan berbagai pantai yang ada, keindahan dataran tinggi seperto kawasan Ubud, Kintamani, Gunung Agung juga saat ini menjadi variasi destinasi wisata lainnya bagi para wisatawan. Hal tersebut menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu penopang utama perekonomian di Bali.
Sebagai sektor yang berbasis jasa, sektor pariwisata memiliki potensi dan peran strategis dalam pengembangan dan pertumbuhan perekonomian nasional maupun daerah. Pengembangan sektor pariwisata ke usaha atau bisnis jasa terkait lainnya seperti restoran dan cafe, pelayanan perjalanan, transportasi, penginapan, jasa tour guide, jasa translator, jasa penukaran valuta asing, serta usaha dan bisnis lainnya menjadi usaha yang menopang dan berkembang pesat serta menjadi salah satu lapangan usaha yang sangat terbuka dan menyerap cukup banyak tenaga kerja di Bali. Sehingga pada akhirnya masyarakat Bali sadar bahwa sektor pariwisata merupakan bagian dari mereka.
Kegagahan sektor pariwisata Bali dihantam keras pada saat adanya pandemi Covid-19 di tahun 2020. Pandemi Covid-19 membatasi mobilitas antar negara maupun daerah, yang secara langsung sangat berdampak pada keberlangsungan perekonomian di Bali. Pada saat itu hampir tidak ada kehidupan untuk sektor pariwisata Bali. Tahun 2018 dan 2019, sebelum adanya pandemi Covid-19 menjadi tahun kejayaan untuk pariwisata Bali. Pada saat itu jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Bali mencapai enam juta wisatawan setiap tahunnya. Pada tahun 2019, bahkan angka pertumbuhan kunjungan wisatawan ke Bali lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kunjungan wisatawan secara nasional. Pertumbuhannya yaitu sebesar 3,37 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional sebesar 1,88 persen. Namun pada tahun 2020, ketika pandemi Covid-19 melanda pertumbuhan kunjungan wisatawan ke Bali turun secara drastis ke angka -83 persen. Hal tersebut sangat berdampak pada kegiatan perekonomian Bali, dimana banyak para masyarakat Bali yang menggantungkan kehidupannya dari sektor pariwisata. Pada saat itu tak terhitung jari seberapa banyak karyawan yang terkena lay off lantaran tempat kerjanya seperti hotel, restoran, café, atau usaha jasa pariwisata lainnya tidak lagi beroperasi. Selain itu banyak juga wirausaha yang pada akhirnya menutup usahanya. Pada Agustus 2020, pengangguran di Bali naik drastis sebesar 268 persen atau menjadi 144,5 ribu pekerja yang akhirnya kehilangan pekerjaan.
Pariwisata Bali: from leading sector to transformation sector
Pandemi Covid-19 pada akhirnya menjadi titik balik untuk geliat perekonomian Bali. Para stakeholder di level daerah maupun pusat pada akhirnya harus melakukan berbagai intervensi, kebijakan, dan transformasi besar pada sektor pariwisata Bali. Sektor-sektor lainnya yang sebelumnya menjadi pendukung, dirubah menjadi sektor yang berdampingan dengan sektor pariwisata. Sektor pariwisata bali yang semula menjadi leading sector di Bali berubah menjadi transformation sector.
Berbagai cara, himbauan, dan insentif dilakukan dengan tujuan dan motivasi utama adalah untuk peningkatan perekonomian dan mengembalikan kesejahteraan masayarakat Bali. Salah satu transformasi besar yang dilakukan oleh pemerintah daerah Bali bekerjasama dengan para pelaku usaha, asosiasi, dan pihak swasta yang terlibat di sektor pariwisata Bali adalah dengan adanya himbauan dan arahan penggunaan barang-barang atau sumber daya lokal sebagai input utama di sektor pariwisata. Contohnya adalah seperti penggunaan bahan-bahan masak di hotel, café, dan restoran yang berasal dari lokal Bali. Perubahan signifikan lainnya adalah penyajian buah-buahan di hotel yang hanya menggunakan buah lokal dari Bali maupun sekitarnya. Selain itu, arahan lainnya juga direalisasikan dengan penyajian kopi dan teh kemasan di hotel yang menggunakan kopi dan teh dari lokal dan Indonesia. Langkah besar tersebut berdampak pada kelangsungan sektor lainnya yaitu salah satunya adalah sektor pertanian yang juga memiliki potensi yang cukup tinggi di Bali. Sehingga kegiatan perekonomian di Bali bisa berputar Kembali karena adanya keterkaitan antar satu sektor dengan sektor yang lainnya.
A blessing in disguise dibalik Pandemi Covid-19
Tahun 2023, menjadi tahun kebangkitan untuk sektor pariwisata di Bali. Berbagai upaya dan kerja keras dari para stakeholder sektor pariwisata Bali seakan-akan dibayar lunas dengan melesatnya dan kembalinya kejayaan sektor pariwisata pasca pandemi Covid-19. Saat ini sektor pariwisata tidak jadi menjadi kaki utama untuk pergerakan perekonomian Bali, namun bersama-sama dengan sektor lainnya membangun perekonomian Bali. Kini rasanya sektor pariwisata menjadi lebih siap dan sigap setelah menghadapi gelombang besar pandemi Covid-19.
Kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali per bulan September 2023 mencapai 3,4 juta orang. Angka ini sangat cukup menggambarkan bertapa membaiknya sektor pariwisata di Bali. Kini jalanan di Kuta, Sanur, Ubud, Kintamani dan daerah lainnya sudah mulai dipenuhi lagi dengan para turis asing. Tahun ini Bali seperti hidup kembali, semua usaha pendukung pariwisata Bali kembali beroperasi. Bandara Ngurah Rai pun terasa penuh kembali dengan hiruk pikuk dengan kegiatan pariwisata. Kunjungan wisatawan mancenegara diprediksi akan terus meningkat hingga akhir tahun 2023 yaitu bisa mencapai 5,5 juta wisatawan. Saat ini bisa dikatakan pariwisata Bali kembali dengan membawa kualitas dan transformasi yang lebih berkualitas.