OLEH Deni Lubis (Dosen Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB), Ajeng Nurul Fadilah (Alumnus Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB)

Hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan indeks literasi dan indeks inklusi keuangan syariah pada 2022 hanya 9,14 persen dan 12,12 persen. Nilai tersebut jauh di bawah indeks literasi dan inklusi keuangan secara umum, yaitu 49,68 persen dan 85,10 persen. Kondisi ini menjadi sangat berisiko karena banyaknya layanan keuangan yang tersedia bagi masyarakat tanpa disertai pengetahuan keuangan yang memadai, mengakibatkan berbagai resiko seperti penipuan, terutama dalam konteks investasi.

Literasi keuangan syariah adalah kemampuan individu dalam memanfaatkan sumber daya keuangan melalui pengetahuan, keterampilan, dan sikap keuangan sesuai dengan prinsip syariah. Literasi keuangan syariah berfokus pada peningkatan pemahaman keuangan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip keuangan Islam.

Sementara, inklusi keuangan adalah hak individu untuk memperoleh produk serta layanan keuangan yang bermanfaat dan terjangkau yang dapat memenuhi kebutuhan mereka dalam berbagai aktivitas transaksi, pembayaran, penyimpanan, perlindungan asuransi, dan kredit. Pemberian akses tersebut dilakukan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Inklusi keuangan syariah juga merupakan kegiatan atau upaya untuk meningkatkan ketersediaan aksesibilitas masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah, tujuan utamanya agar masyarakat dapat mengalokasikan dan mengelola keuangannya dengan baik sesuai prinsip syariah.

Generasi muda memiliki tingkat keterampilan teknologi yang tinggi sehingga mereka memiliki potensi besar untuk berperan sebagai investor.

Sementara berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), generasi muda terutama gen-Z menunjukkan potensi yang sangat besar sebagai calon investor. Hal ini karena generasi muda memiliki tingkat keterampilan teknologi yang tinggi sehingga mereka memiliki potensi besar untuk berperan sebagai investor dan menjadi kunci dalam mendorong perkembangan investasi di Indonesia.

Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Indonesia sekaligus jumlah gen Z terbanyak. Gen Z di wilayah Jabodetabek memiliki indeks literasi keuangan yang relatif tinggi dengan indeks inklusi keuangan yang tergolong dalam kategori yang baik. Semakin baik tingkat literasi yang dimiliki, hubungan dengan pengambilan keputusan investasi akan semakin baik. Semakin baik perilaku keuangan individu, keputusan investasi yang diambil semakin tepat.

Dari hasil survei terhadap 118 gen Z di Jawa Barat, didapatkan bahwa tingkat literasi gen Z di Jawa Barat sebanyak 56 persen termasuk pada kategori well literate dan mayoritas dari mereka telah mempunyai pemahaman, keterampilan, dan keyakinan dalam menggunakan produk dan layanan jasa keuangan. Selanjutnya, sekitar 44 persen gen Z di Jawa Barat termasuk dalam kategori sufficient literate.

Individu dikatakan sufficient literate jika memiliki pemahaman dan keyakinan terhadap produk dan jasa lembaga keuangan. Hasil studi tidak ditemukan responden yang termasuk dalam kategori less literate dan not literate yang diartikan individu cenderung beranggapan negatif mengenai keuangan dan membuat keputusan yang keliru.

Rata-rata tingkat literasi keuangan syariah gen Z di Jawa Barat, yaitu sebesar 77,9 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat literasi keuangan syariah gen Z di Jawa Barat tergolong kategori well literate.

Rata-rata tingkat literasi keuangan syariah gen Z di Jawa Barat, yaitu sebesar 77,9 persen.

Adapun mengenai tingkat inklusi syariah, sebanyak 6,8 persen dari responden tercatat termasuk dalam kategori rendah. Sebanyak 12,7 persen masuk dalam kategori sedang dan 80,5 persen responden termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dapat diartikan bahwa gen Z memiliki akses yang baik terhadap produk-produk keuangan syariah, seperti tabungan, deposito, giro, saham syariah, sukuk, reksadana, dan lainnya.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa inklusi keuangan syariah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pilihan investasi. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan nilai inklusi keuangan maka akan meningkatkan keputusan investasi.

Semakin tinggi akses gen Z terhadap produk dan jasa keuangan, maka memungkinkan investasi gen Z akan meningkat. Inklusi keuangan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan investasi. Berdasarkan hal tersebut, literasi keuangan menjadi faktor penting yang memengaruhi keputusan investasi bagi semua investor saat berinvestasi.

Tingkat pemahaman literasi keuangan yang tinggi dapat menjadi salah satu cara dalam meningkatkan keputusan dalam berinvestasi. Literasi keuangan syariah membantu individu memahami prinsip-prinsip ekonomi Islam yang menjadi dasar bagi investasi syariah. Mereka dapat memahami konsep riba (bunga), larangan investasi dalam industri yang dianggap haram, serta prinsip keadilan, transparansi, dan tanggung jawab sosial.

Inklusi keuangan syariah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pilihan investasi

Literasi keuangan syariah juga dapat memperluas pengetahuan individu tentang berbagai instrumen investasi yang sesuai dengan prinsip syariah, seperti sukuk, saham syariah, reksa dana syariah, dan instrumen lainnya. Ini membantu mereka untuk melakukan diversifikasi portofolio investasi sesuai dengan pedoman syariah.

Sama halnya dengan literasi keuangan syariah, inklusi keuangan syariah juga memengaruhi keputusan berinvestasi gen Z secara signifikan, semakin tinggi tingkat inklusi seseorang, akan semakin mudah untuk mengambil keputusan berinvestasi, terutama di instrumen syariah. Hal ini karena inklusi keuangan syariah memungkinkan individu untuk mengakses berbagai produk keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti reksadana syariah, obligasi syariah, atau instrumen investasi lain yang tidak melanggar prinsip syariah.

Bagi mereka yang memiliki kepercayaan dalam prinsip-prinsip syariah, inklusi keuangan syariah memberikan akses kepada investasi yang sesuai dengan panduan syariah. Investasi ini mengikuti hukum syariah, seperti larangan riba (bunga), larangan investasi dalam industri yang dianggap haram (seperti alkohol atau perjudian), serta prinsip keadilan dan transparansi.

Adanya lembaga keuangan syariah yang mendukung inklusi keuangan juga memainkan peran penting. Lembaga ini menyediakan produk dan layanan keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah, memberikan pilihan investasi yang lebih luas bagi masyarakat yang ingin berinvestasi secara sesuai dengan keyakinan mereka.

Inklusi keuangan syariah memberikan akses kepada investasi yang sesuai dengan panduan syariah

Kesimpulannya, keputusan investasi Gen-Z di Jawa Barat dipengaruhi oleh literasi dan inklusi keuangan syariah. Oleh sebab itu, meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah memerlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk lembaga keuangan, pemerintah, komunitas, dan individu. Kombinasi dari edukasi, akses yang lebih baik. Peningkatan kesadaran terhadap manfaat investasi syariah dapat mendorong pertumbuhan investasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dalam masyarakat.

Related Posts