Salah satu isu penting dalam perekonomian global adalah ketersediaan pangan yang dapat menopang pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat secara berkelanjutan. Selain itu, kondisi perubahan iklim, aging population (populasi yang menua), dan penurunan kualitas lingkungan, menjadi tantangan bagi sektor pertanian dalam memastikan kapasitas produksi yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dunia. Di sisi lain, kondisi ini juga menuntut adanya perilaku konsumsi pangan yang semakin bertanggung jawab, yang mampu meminimalisir adanya food waste sehingga penggunaan sumberdaya yang ada dapat berjalan secara efisien.
Dengan tantangan yang sedemikian kompleks ini, maka keterlibatan institusi pendidikan tinggi menjadi semakin krusial, termasuk di negara-negara anggota ASEAN. Untuk itu, dengan dilandasi semangat akan pentingnya konsolidasi pendidikan dan riset antar institusi pendidikan tinggi di ASEAN, maka 11 universitas dari 8 negara, bersepakat untuk menyelenggarakan kegiatan ASEAN University Symposium for Sustainable Food System di Bangkok, Thailand pada 18-19 April 2024 lalu. Kesebelas institusi pendidikan tinggi tersebut adalah FEM IPB University (Indonesia), FE Kasetsart University (Thailand), Fakultas Pertanian (Faperta) Chiangmai University (Thailand), IPSR Mahidol University (Thailand), Faperta UPM (Malaysia), School of Economics Chan Tho University (Vietnam), Fakultas Ekonomi dan Pembangunan Pedesaan Vietnam National University of Agriculture (Vietnam), FEB dan Faperta National University of Laos (Laos), Faperta UNISSA (Brunei Darussalam), College of Economics and Management University of Philippines at Los Banos – UPLB (Filipina), dan Departemen Ekonomi Pertanian Yezin Agricultural University (Myanmar).
Selama dua hari, para akademisi, peneliti dan mahasiswa dari sebelas institusi ini berdiskusi dan membahas bagaimana meningkatkan produksi pangan secara berkelanjutan, peningkatan akses pangan bergizi yang efisien, penguatan rantai pasok pangan regional, hingga pada analisis kebijakan yang dapat mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) seperti No Poverty dan Zero Hunger. Puncaknya, kesebelas institusi ini bersepakat untuk menghimpun diri dalam satu barisan, yang diberi nama ASEAN University Network for Sustainable Food System.
Dekan FEM IPB Dr Irfan Syauqi Beik menyatakan bahwa kesepakatan ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat usaha bersama (collective efforts) antar perguruan tinggi yang ada pada level ASEAN, untuk mengembangkan sistem pangan yang berkelanjutan dan terintegrasi. “Insya Allah ini akan menjadi platform bersama yang akan mengkonsolidasikan semua kekuatan gagasan, pemikiran, dan hasil riset di kawasan Asia Tenggara ini,” ujar Irfan. Platform ini akan terus dikembangkan dengan melibatkan lebih banyak lagi universitas di seluruh negara anggota ASEAN. Pada kegiatan simposium tersebut, telah dipresentasikan sebanyak 31 paper, dan 5 diantaranya berasal dari para dosen dan mahasiswa pascasarjana FEM. Dari penilaian komite akademik, diputuskan bahwa anugerah Best Paper Award diberikan kepada Dr Lukytawati Anggraeni (Wakil Dekan SKP FEM) dan Lea Amalia, dengan makalah yang berjudul The Impact of Climate Change on Indonesian Rice and Coffee Sectors. Selain itu, Wini Wrismawati (Mahasiswa S2 ESL) mendapatkan penghargaan the 3rd Honorable Mentions Award. Pada penyelenggaraan simposium kedua tahun 2025, FEM IPB dimanahkan untuk menjadi tuan rumahnya.