Industri susu merupakan industri yang memiliki peran strategis di Indonesia. Untuk itu, Dr. Sahara, dosen di Departemen Ilmu Ekonomi-FEM IPB dan Adjunct Associate Professor di Adelaide University, ditunjuk menjadi In Country coordinator pada Proyek Indodairy 2 “Evaluating Participatory Extension Approaches and Value-Chain Interventions to Sustainably Grow the Smallholder Dairy Sector of Indonesia (AGB/2021/124).
Proyek ini merupakan kolaborasi antar institusi dari Australia dan Indonesia, yaitu Universitas Diponegoro (UNDIP) dan Indonesian Centre for Agricultural Socio Economic and Policy Studies (ICASEP), serta institusi di Australia yaitu University of Melbourne (UoM) dan Centre for Global Food and Resources (GFAR) di University of Adelaide. Proyek ini dilaksanakan selama 5 tahun ke depan (2024-2029).
Project Leader Indodairy 2, Dr. David Mc. Gill dari CQU, menyatakan bahwa penelitian Indodairy 2 bertujuan untuk untuk meningkatkan kesejahteraan peternak melalui pemberdayaan koperasi susu (KUD) di Indonesia agar dapat memberikan layanan yang lebih baik dan meningkatkan partisipasi peternak dalam rantai nilai industri susu di Indonesia.
Lebih lanjut, Dr. Sahara menyatakan bahwa fokus utama proyek Indodairy 2 adalah mengembangkan model bisnis yang melibatkan multi-stakeholder untuk pemberdayaan KUD. “Seperti yang kita ketahui KUD memiliki peran penting dalam menjembatani antara peternak sapi perah dan perusahaan pengolah susu di Indonesia. Di sisi hulu, KUD berperan dalam penyediaan input, penyuluhan, dan layanan lainnya kepada peternak sapi perah. Di sisi hilir, KUD memfasilitasi peternak dalam penjualan susu segar yang mereka hasilkan kepada industri pengolahan susu. Secara umum Proyek IndoDairy 2 selaras dengan prioritas pemerintah dalam memenuhi target dan kebutuhan susu sapi dalam negeri” tambah Dr. Sahara.
Penandatanganan kerja sama proyek penelitian IndoDairy 2 dilakukan oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), IPB University, Dr. Irfan Syauqi Beik, S.P., M.Sc.Ec. Penandatanganan kerja sama ini disaksikan oleh Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Wita Juwita, S.T.P., M.M.; Direktur International Trade Analysis and Policy Studies (ITAPS) sekaligus In Country Project Coordinator (IPB) untuk IndoDairy 2, Dr. Sahara, S.P., M.Si; dan Project Leader untuk IndoDairy 2 dari Central Queensland University (CQU) Australia, Dr. David McGill.
Dekan FEM-IPB University, Dr. Irfan Syauqi Beik menyambut baik pelaksanaan proyek ini. “Melalui penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap kerjasama FEM di tingkat Internasional. Saat ini upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pangan bergizi termasuk susu menjadi salah satu perhatian utama pemerintah. FEM-IPB siap berkontribusi terhadap upaya peningkatan produksi susu” Urai Dekan FEM.
Proyek Indo Dairy 2 merupakan lanjutan dari proyek Indo Dairy 1 yang dilaksanakan tahun 2016-2022. Seperti yang diketahui, industri persusuan nasional menghadapi berbagai tantangan, termasuk rendahnya produktivitas sapi perah (11 liter/ekor/hari), kepemilikan sapi perah (2-4 ekor/peternak) dan kurangnya akses peternak kecil terhadap pakan berkualitas dan peningkatan kapasitas peternak maupun kelembagaannya. Tantangan tersebut turut melatarbelakangi lahirnya proyek penelitian IndoDairy 1 dengan judul “AGB/2012/099: Meningkatkan pasokan susu, daya saing, dan mata pencaharian dalam rantai produk susu rakyat di Indonesia”. Proyek ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah-masalah penghambat pertumbuhan yang dihadapi peternak rakyat sapi perah skala kecil.
IPB University dan ACIAR mendapatkan lessons learned dari IndoDairy 1 bahwa belum terselesaikannya masalah utama seperti akses terhadap pakan berkualitas dan rendahnya posisi tawar peternak diduga karena peran dan fungsi kelembagaan/Koperasi Unit Desa (KUD) yang belum optimal, dan kurangnya koordinasi antara pelaku industri persusuan sehingga terdapat ketidakselarasan insentif di sepanjang rantai nilai.
Saat ini, peran dan fungsi KUD serta koordinasi antar pelaku di sepanjang rantai nilai susu sapi perah dinilai semakin penting. Hal tersebut karena sektor persusuan di Indonesia menghadapi tantangan lebih besar terutama dalam upaya memenuhi permintaan nasional yang terus meningkat, yakni sebesar 5,3% per tahun, sedangkan produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) hanya mampu memasok sekitar 20% dari total kebutuhan. Kondisi ini diperburuk oleh dampak wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) serta Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) yang belum sepenuhnya pulih. Selain itu, rencana inisiasi pemerintahan mendatang untuk melakukan program menyediakan susu gratis bagi anak sekolah diperkirakan akan meningkatkan permintaan susu secara signifikan. Situasi ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk mencapai target pemenuhan kebutuhan susu nasional.
Kemitraan yang telah dibangun IPB University dan ACIAR dengan berbagai pemangku kepentingan baik institusi pemerintah, universitas luar negeri, industri pengolahan susu (IPS), maupun KUD dan peternak pada IndoDairy 1 menjadi pondasi utama dalam melanjutkan dan memperkuat kerja sama multi-pihak (multistakeholder partnerships) untuk keberhasilan IndoDairy 2. Tentu saja mitra kerja baru IPB University pada IndoDairy 2 (CQU, UoM, dan UNDIP) dengan visi dan harapan yang sama akan memperkuat kerja sama multi-pihak demi keberhasilan proyek ini. IPB University akan berperan sebagai scientific lead pada semua kegiatan penelitian Indodairy 2 di Jawa Barat. Melalui co-learning platform dengan KUD dan the agricultural extension and advisory system (AEAS), Indodairy 2 diharapkan dapat mendukung terciptanya model bisnis industri persusuan nasional yang dapat membantu memberdayakan peternak kecil dan memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan produksi susu nasional dan kesejahteraan peternak sapi perah rakyat di Indonesia.