OLEH Hermawan Wana (Mahasiswa Doktor Sains Agribisnis FEM IPB), Prof. Dr. Rita Nurmalina (Ketua Program Studi Program Magister dan Doktor Sains Agribisnis Departemen Agribisnis FEM IPB)


Pisang adalah salah satu buah yang sangat terkenal dan disukai oleh berbagai kalangan di seluruh dunia, buah pisang penuh dengan gizi yang  berguna bagi kesehatan manusia.  Dibandingkan dengan buah-buahan tropika lainnya harga pisang Cavendish mempunyai harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan buah-buahan lainnya. Pisang Cavendish dipilih karena mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis pisang lainnya. 

Pisang Cavendish adalah varietas yang paling umum ditemui di pasar internasional dan pasar dalam negeri. Beberapa keunggulan utama pisang Cavendish dibandingkan pisang lainnya adalah memiliki kulit yang tebal, sehingga tahan terhadap kerusakan selama transportasi jarak jauh.

Cavendish juga merupakan jenis pisang yang konsisten dalam rasa dan ukuran, sehingga mudah dikenali oleh konsumen. Keunggulan lainnya pisang ini tumbuh sepanjang tahun, sehingga buah pisang dapat dipanen secara konsisten sehingga mudah didapatkan di pasar sepanjang tahun, baik pasar Internasional maupun pasar dalam negeri.

Pisang Cavendish dikonsumsi oleh 80 persen konsumen pisang di luar negeri. Pisang ini merupakan salah satu jenis pisang yang dibudidayakan secara komersial di Indonesia. Pisang ini berasal dari Brasil dan masuk ke Indonesia pada tahun 1990-an. Pisang Cavendish menjadi peluang bisnis yang sangat menjanjikan keuntungan pada saat ini. Keberhasilan bisnis pisang Cavendish Indonesia sudah tentu adalah keberhasilan peran manajemen agribisnis yang menerapkan strategi produksi dan pemasaran dengan baik.

Meskipun sebagian besar produksi pisang dikonsumsi dalam negeri, sekitar 20 persen produksi global diekspor pada tahun 2020, pisang menyediakan sumber penting penerimaan devisa untuk ekspor negara (FAOSTAT, 2023).  Pisang Cavendish merupakan pisang yang paling banyak dikonsumsi dari varietas yang diekspor, kini terhitung hampir setengah dari semua varietas ditanam di seluruh dunia dan hampir 100 persen diperdagangkan secara internasional sebagai pisang segar (Cross, 2019). 

Food and Agriculture Organization (FAO) organisasi pangan dan pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa jenis pisang yang paling banyak dijual adalah pisang jenis Cavendish yang menyumbang sekitar 47 persen dari produksi pisang global. 

Pada tahun 2019, Indonesia telah berkontribusi dalam ekspor buah-buahan dengan memperoleh nilai ekspor sebesar 95,98 juta dolar AS  dan volume ekspor sebesar 110 ribu ton.  Dari total ekspor tersebut, terdapat kontribusi ekspor produk pisang sebesar 11,62 persen dengan nilai ekspor sebesar 11,15 juta dolar AS serta volume ekspor sebesar 22 ribu ton untuk ekspor buah-buahan nasional (BPS, 2020; Liputan 6, 2020).

Menurut data dari Trade Map International Trade Statistics (ITC) bahwa sepanjang 2018, Indonesia telah mengekspor pisang sebanyak 30.373 ton atau senilai 14,61 juta dolar AS seluruh dunia. (Kemenko Bidang Perekonomian 2020).

Produksi pisang Cavendish dalam negeri belum dapat memenuhi seluruh permintaan kebutuhan ekspor luar negeri, apabila permintaan kebutuhan ekspor ini dapat dipenuhi maka dapat menambah devisa negara,  Oleh karena itu, ekspor pisang Cavendish menjadi peluang bisnis yang sangat menjanjikan keuntungan pada saat ini dan sudah tentu diperlukan perluasan produksi pisang Cavendish di dalam negeri.

Salah satu upaya untuk meningkatkan ekspor negara ialah meningkatkan daya saing dari suatu produk atau komoditas yang di ekspor. Secara umum, definisi daya saing merupakan kekuatan suatu produk untuk dapat masuk dan bertahan di pasar tersebut, termasuk di pasar dunia. Serta memberi nilai lebih terhadap produknya dibandingkan negara pesaingnya (Lubis, 2013). 

Data ekspor pisang Cavendish Indonesia mulai tercatat dengan kode HS 8 digit  ke berbagai negara pada  bulan April 2022 sampai sekarang. (BPS, 2024). Ada 13 negara tujuan ekspor pisang Cavendish ke luar negeri dan 5 negara tujuan utama yaitu  Singapura, Jepang , Oman, China dan Malaysia. 

Pada tahun 2022 data ekspor pisang Cavendish berjumlah 2.573.554 dolar As dan meningkat pesat sebesar 71,14 persen pada tahun 2023 yang berjumlah 4,4 juta dolar AS. Peningkatan ekspor ini karena pisang Cavendish mempunyai daya saing keunggulan komparatif di negara tujuan ekspor, hal ini dapat terlihat dengan nilai rata-rata Revealed Comparative Advantage (RCA) di pasar Jepang sebesar 31,9267, sementara nilai yang terendah didapatkan oleh pasar Malaysia sebesar 2,4272.  Pasar China nilai sebesar 19, 6696, pasar Singapura sebesar 6,6031. 

Begitu pula dengan permintaan Cavendish dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jabotabek, Yogyakarta, Bali, dan Surabaya dipastikan tinggi setiap hari.

Untuk memenuhi permintaan luar negeri dan dalam negeri tersebut sudah tentu pemerintah harus berada dalam sistem agribisnis sebagai subsistem pendukung kegiatan tersebut. Pemerintah khususnya Kemenko Perekonomian mempunyai  program “Pengembangan Hortikultura Berorientasi Ekspor” suatu program kegiatan kerja sama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan swasta, dan para petani.

Program ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, kualitas, dan kontinuitas produksi  pisang, sehingga dapat memenuhi permintaan pisang Cavendish dalam negeri dan luar negeri. 

Pada kasus pisang Cavendish, segmentasi pasar melibatkan kelompok pembeli yang berbeda yang mempunyai kebutuhan berbeda, karakter dan siapa yang memerlukan strategi pemasaran terpisah.   Pelanggan pisang Cavendish secara geografi mulai tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia terutama area Jabotabek, dan secara  demografi disukai mulai dari anak kecil sampai dewasa.  

Menurut sebuah penelitian, pisang Cavendish dibeli dan dikonsumsi dalam negeri karena sadar akan pentingnya manfaat pisang Cavendish untuk kesehatan tubuh dan pemenuhan akan nutrisi seperti adanya vitamin B6, serat dan sebagainya. Selain itu penampilan dan atribut produk pisang Cavendish yang dijual ditoko buah atau supermarket juga sangat menarik. 

Kulit buah yang bersih, warna kuning yang menarik serta adanya logo merek dari perusahaan yang sudah terkenal seperti Sunpride dan sebagainya. Logo dan merek ini juga menjadi daya tarik dan jaminan produk pisang Cavendish yang dijual bermutu baik. 

Sedangkan untuk memenuhi pasar ekspor sudah terpenuhinya tiga syarat utama kegiatan ekspor, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Syarat kualitas berhubungan dengan pemenuhan persyaratan standar kelayakan pangan, meliputi pengemasan dengan deskripsi yang jelas, dan logo dan merek yang menarik.

Sedangkan kuantitas berhubungan dengan jumlah minimal pisang Cavendish yang akan diekspor. Dan dalam mengekspor dibutuhkan alat transportasi khusus seperti kontainer yang mempunyai alat pendingin. Kontinuitas juga berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam  mempertahankan keberlanjutan ekspor (Kemendag RI, 2022) sehingga harus ada kerjasama dan kerja keras dalam memenuhi tiga persyaratan utama tersebut.

Kegiatan ekspor pisang Cavendish yang masuk pasar negara Jepang wajib melakukan karantina pada peraturan sanitasi makanan (food sanitation law) yang bertujuan agar bebas dari hama dan penyakit.  Begitu juga dengan sertifikat fitosanitari (phytosanitary certificate).

Pemenuhan kebutuhan permintaan
Kegiatan ekspor impor pisang Cavendish ini sudah tentu dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya Indonesia. Sudah tentu menjadi pemicu  kegiatan ekspor terus berlanjut sampai sekarang (Wulandari & Zuhri, 2019). Dalam menunjang kegiatan rantai pasok permintaan akan pisang Cavendish yang menjanjikan pertumbuhan ekonomi ini maka pemerintah pusat mengadakan kerjasama dengan perusahaan besar  yang sudah mantap dan sudah berkembang dalam sistem agribisnis baik di subsistem hulu, subsistem on farm dan subsistem hilir.  Misalnya perusahaan seperti PT. Great Giant Food (GGF) di Lampung melalui skema Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Creating Shared Value yaitu kerja sama kemitraan dengan petani atau koperasi petani dan pemerintah daerah atas dasar pemberdayaan dan asas saling menguntungkan dalam hal budidaya dan pemasaran tanaman pisang Cavendish.  

Pada subsistem hulu perusahaan menyediakan bibit pisang yang bermutu dan sarana produksi sedangkan sarana dan prasarana pertanian lainnya disediakan oleh para petani atau koperasi petani. Pada subsistem on farm, perusahaan pengadaan pendampingan budidaya, pemeliharaan (pemberiaan pupuk yang tepat dan pengendalian hama dan penyakit) sehingga didapatkan hasil panen yang berkualitas.

Pada subsistem hulu, perusahaan membantu proses pemasaran dan penjualan, seperti memberikan membantu pengurusan ekspor dengan memberikan sertifikat perusahaan layak ekspor dan sertifikat asal tanaman dan sertifikat bebas penyakit.

Guna memenuhi permintaan pisang Cavendish tersebut, maka program kemitraan tersebut dijalankan di tingkat nasional dengan mereplikasi dan memberikan contoh bagi daerah yang telah berhasil menjalankan program ini. Adapun daerah yang berhasil menjalankan kemitraan PT. GGP dengan para petani di daerah kabupaten Jembrana Bali pada Desember 2019, kabupaten Blitar di Jawa Timur dan kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.   PT. Great Giant Food Pineapple mempunyai sekitar 35.034 ha lahan di Lampung Tengah. Untuk pisang Cavendish sebesar 1.600 ha dan mempunyai karyawan lebih dari 25.000 orang. Dan sudah melakukan ekspor buah segar maupun buah olahan ke beberapa benua yakni benua Eropa, Amerika dan Asia dan lebih dari 65 negara di dunia. 

Dengan program pemberdayaan petani pisang oleh PT. GGF maka terjadilah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi ini diakibatkan terjadinya integrasi vertikal dan integrasi horizontal dalam sistem agribisnis.  Begitu pula terjadi efisiensi teknik, efisiensi produktif, efisiensi alokatif.

Keseluruhan efisiensi ini sudah tentu mengakibatkan harga produksi lebih murah dan mengakibatkan harga jual di pasar ekspor dapat bersaing dengan negara lain.  Begitu pula dengan harga jual di dalam negeri dapat bersaing dengan harga pisang atau buah yang lain. Di sisi rantai nilai terjadi pula rantai nilai global (Global Value Chain atau GVC) di mana perusahaan pemimpin dan pendamping dalam hal ini adalah PT. GGF yang sudah terbukti mengekspor pisang Cavendish mempunyai hubungan yang kuat dengan pasar multinasional.

Akhirnya, perusahaan atau koperasi petani mendesain program promosi yang melibatkan pelanggan penggemar pisang Cavendish, mengkomunikasikan proposisi nilai pisang Cavendish yang menarik dari segi harga, produk yang mudah didapat, warna dan  kulit buah yang bersih dan mulus, serta bernilai gizi yang tinggi dan membujuk pelanggan untuk membeli pisang tersebut. Selain itu sepanjang proses pemasaran, dilakukan manajemen hubungan pelanggan untuk menciptakan kepuasan dan kesenangan pelanggan. 

Dalam menciptakan nilai pelanggan dan hubungan, bagaimanapun, perusahaan tidak bisa berjalan sendiri. Itu harus bekerja dengan erat dengan mitra pemasaran baik di dalam perusahaan maupun di seluruh sistem pemasarannya. Dengan demikian, selain mempraktikkan manajemen hubungan pelanggan yang baik dan pemasaran keterlibatan pelanggan, perusahaan juga harus mempraktikkan manajemen hubungan mitra yang baik. 

Related Posts