OLEH Ayutyas Sayekti (Mahasiswa Program Doktor Sains Agribisnis IPB University), Dr. Burhanuddin (Ketua Departemen Agribisnis, dan Dosen Program Doktor Sains Agribisnis IPB University)
Budaya pertanian telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah pembangunan bangsa, baik sebelum kemerdekaan maupun sesudah kemerdekaan. Budaya pertanian telah mampu menghasilkan produk-produk pertanian yang berkualitas dan selama masa penjajahan dieksploitasi untuk kebutuhan negara-negara penjajah. Pada masa kemerdekaan pun, budaya pertanian tetap menjadi sektor yang memimpin pembangunan negara Indonesia. Ini berarti bahwa dalam budaya pertanian Indonesia telah bertumbuh dan berkembang nilai-nilai asli (original), norma-norma yang mengakar pada nilai-nilai luhur bangsa dalam mencapai tujuan pertanian yang berkelanjutan.
Aktivitas-aktivitas pertanian sesungguhnya telah menjadi sumber mata pencaharian, sumber makanan dan kehidupan bagi banyak komunitas, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perkembangan zaman di era modernisasi yang serba cepat dan terhubung secara digital, merupakan tantangan dalam meletakkan budaya pertanian sebagai sentral dalam pembangunan bangsa ke depan. Agrowisata, menjadi solusi cerdas yang muncul sebagai peluang penting untuk menempatkan budaya pertanian tetap relevan di saat ini dan masa depan. Agrowisata bukanlah sekadar bentuk pariwisata biasa, agrowisata menempatkan pertanian sebagai pusat pengalaman dalam mengeksplorasi sumber daya alam dan sumberdaya manusia dengan fokus utamanya kepada kehidupan pedesaan.
Masyarakat luas diajak untuk berpartisipasi dalam aktivitas pertanian seperti menanam, pemeliharaan tanaman, proses pemanenan, merawat hewan ternak dan menjalani kegiatan sehari-hari petani. Agrowisata menawarkan kesempatan berharga untuk sejenak menjauh dari hiruk-pikuk kehidupan perkotaan dan terkoneksi kembali dengan alam serta budaya pertanian, disebut juga melakukan “healing”. Di beberapa negara, agrowisata merupakan diversifikasi pertanian, barang dan jasa, untuk mendorong ekonomi masyarakat (Phelan & Sharpley 2010). Diversifikasi pertanian ke sektor pariwisata tetap menjadi strategi yang menonjol, seringkali didorong oleh inisiatif kebijakan dari atas ke bawah dan pemanfaatan pendanaan publik.
Peran penting agrowisata lainnya adalah membuka pintu bagi pemahaman lebih mendalam tentang budaya pertanian serta dapat mengetahui langsung tantangan yang dihadapi oleh petani. Terlibat langsung dalam aktivitas pertanian memungkinkan wisatawan untuk merasakan kerja keras yang dibutuhkan untuk menyediakan makanan bagi masyarakat. Subsektor kuliner rata-rata tiap tahun menyumbang sekitar 42%, dan menjadi sub sektor penyumbang terbesar untuk PDB berdasarkan bank data Kemenparekraf. Hal ini juga meningkatkan apresiasi terhadap peran petani dalam masyarakat.
Selain itu, agrowisata memiliki potensi untuk memberikan dampak ekonomi positif pada komunitas lokal, mengurangi pengangguran dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja lokal dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Kreativitas pemuda tani didorong untuk menggerakan dan menjalankan agrowisata dengan membuat destinasi wisata yang inovatif. Ini dapat diamati dalam informasi yang terdapat dalam buku Peta Jalan Indonesia Emas 2045 yang diterbitkan oleh Kadin RI. Berdasarkan data tahun 2021 tersebut, tercatat bahwa kontribusi sektor pariwisata Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara mencapai 2,4 persen. Hal ini menunjukkan peluang kerja tambahan di pedesaan dan meningkatkan pendapatan para petani. Dengan mendukung agrowisata ini, berarti mendukung keberlanjutan pertanian lokal dan menumbuhkan wirausaha-wirausaha muda pertanian, yang merupakan faktor penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pertanian serta mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang siklus alam yang digerakkan oleh sumber daya manusia kreatif.
Dalam era urbanisasi yang pesat, terdapat kekhawatiran terutama generasi muda, telah kehilangan sentuhan dari akar budaya pertanian, karena ada kecenderungan memandang sebelah mata atau mengabaikan pentingnya pertanian dalam kehidupan berbangsa. Oleh karena itu, agrowisata menjadi daya ungkit yang kuat dalam mengembalikan rasa kebanggaan akan pertanian yang membutuhkan daya kreasi generasi muda. Agrowisata memicu generasi muda menciptakan inovasi-inovasi pertanian yang terintegrasi dengan sektor lain, seperti sektor pendidikan dan kesehatan.
Masyarakat atau pengunjung dapat belajar secara langsung dari para petani, dimana sekaligus membantu menyebarkan pengetahuan tentang pertanian dan membantu orang memahami pentingnya pekerjaan petani. Hal ini juga dapat menjadi ajang promosi bagi daerah untuk memperkenalkan produk pertanian lokal dengan melakukan kunjungan ke pasar petani lokal di mana produk pertanian segar dijual. Hal ini merupakan kesempatan bagus untuk mempromosikan produk pertanian lokal dan mendorong wisatawan untuk mendukung petani setempat.
Dengan demikian, agrowisata dapat membantu dalam mengembangkan ekonomi lokal. Salah satu aspek yang perlu ditekankan adalah kontribusi ekonomi yang dihasilkan oleh sektor agrowisata. Agrowisata tidak hanya berkaitan dengan keindahan alam dan pengalaman yang memikat, melainkan juga berperan sebagai sumber pemasukan yang substansial bagi komunitas setempat. Secara konkret, agrowisata menciptakan kesempatan kerja, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, mulai dari petani hingga individu yang terlibat dalam industri pariwisata, seperti pemandu wisata, pemilik restoran, dan pengrajin barang kerajinan tangan. Kesadaran Lingkungan akan muncul dengan adanya pengalaman dan kontribusi secara langsung sehingga timbul rasa untuk melestarikan lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem. Ini dapat menginspirasi tindakan berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari wisatawan.
Saat ini agrowisata adalah potensi besar yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Untuk menggerakkan perubahan lebih lanjut dan menghidupkan kembali budaya pertanian, serta dapat memanfaatkan agrowisata sebagai alat untuk mempromosikan budaya pertanian yang lebih berkelanjutan dan inklusif. Pasca pandemi COVID-19, sektor pariwisata memang merupakan salah satu sektor yang paling terdampak, dengan penurunan signifikan dalam jumlah wisatawan dan pendapatan yang dihasilkan. Namun, dalam situasi ini, terjadi gejala yang sejalan dengan teori creative destruction yang diusung oleh Joseph Schumpeter. Teori creative destruction Schumpeter (1942) menyatakan bahwa dalam proses perkembangan ekonomi, inovasi dan perubahan teknologi dapat menghasilkan destruksi kreatif, di mana model bisnis lama atau usaha yang sudah ada dapat tergantikan oleh yang baru dan lebih inovatif.
Dalam konteks pariwisata pasca pandemi, terlihat adanya inovasi baru yang muncul sebagai hasil dari kebutuhan adaptasi terhadap perubahan. Contohnya, beberapa Agrowisata yang memiliki platform online dan layanan kontakless untuk memenuhi tuntutan keselamatan dan preferensi konsumen yang baru. Ini adalah bentuk adaptasi kreatif dalam menghadapi tantangan yang ada, dan dalam prosesnya, bisnis yang lebih inovatif muncul sebagai pemenang, sementara yang kurang mampu beradaptasi mengalami perubahan signifikan dalam model bisnisnya.
Dapat terlihat bahwa inovasi dan teknologi digital muncul sebagai respons terhadap situasi yang berubah secara drastis, dan bisa membawa perubahan besar dalam struktur sektor pariwisata. Dilansir Kompas (26/9) Desa Wisata Bukit Peramun yang terletak di Kabupaten Belitung dinobatkan sebagai Hutan Digital Pertama Berbasis Masyarakat di Indonesia hal ini juga menjadi contoh bagaimana para stakeholder berkolaborasi untuk mengoptimalkan teknologi digital dan tetap melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, sekaligus memanfaatkan potensi desa wisata.
Agrowisata adalah jalan menuju menghidupkan kembali rasa kebanggaan akan budaya pertanian sekaligus menumbuhkan wirausaha-wirausaha muda. Ini adalah kesempatan untuk belajar, menghormati, dan bentuk dukungan serta apresiasi kerja keras para pelaku pertanian. Melalui kolaborasi multi stakeholder yakni, pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, dapat dibangun lebih banyak destinasi ekowisata yang menarik dan berkelanjutan. Dengan membangun lebih banyak destinasi agrowisata yang digerakkan oleh wirausaha muda pertanian merupakan dukungan nyata pada pembangunan pertanian masa depan. Akhirnya, agrowisata berperan aktif dan progresif dalam pencapaian tujuan-tujuan pembangunan ekonomi nasional dan global. Indonesia, sangat berpeluang naik kelas menjadi negara maju melalui agrowisata. ***