
International Trade Analysis and Policy Studies (ITAPS)-FEM IPB University bersama mitra nasional dan internasional menyelenggarakan Provincial Dairy Cooperative Workshop 2025 di Hotel Mercure pada tanggal 29 April 2025 di Bandung.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari Proyek IndoDairy 2 yang bertujuan memperkuat sinergi dan peran koperasi susu melalui pendekatan kolaboratif dan strategis untuk mendukung pengembangan sektor persusuan dan persapiperahan di Provinsi Jawa Barat” Demikian yang disampaikan oleh Prof. Sahara selaku in Country Coordinator IndoDairy 2, sekaligus sebagai Direktur ITAPS.
Workshop ini dihadiri oleh 61 peserta dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat, Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), perwakilan koperasi susu dari berbagai kabupaten di Jawa Barat, mitra dalam negeri yakni Universitas Diponegoro dan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, serta mitra internasional yaitu Central Queensland University dan University of Adelaide.
Dalam sambutan tertulisnya, Dekan FEM IPB University yang diwakili oleh Direktur ITAPS menegaskan komitmen dunia akademik dalam menjembatani ilmu pengetahuan dengan kebutuhan praktis di lapangan. “Sebagai akademisi, kami berkomitmen mendukung kebijakan berbasis data, penguatan kapasitas SDM, serta membangun sinergi lintas sektor demi kemajuan industri persusuan yang berdampak langsung bagi peternak dan perekonomian nasional,” pesannya.
Sementara itu, Assoc. Prof. Dr. David McGill (Central Queensland University) dan Dr. Jack Hetherington (University of Adelaide) memaparkan hasil Participatory Rural Appraisal (PRA) yang telah dilaksanakan di 14 koperasi susu di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hasil PRA menunjukkan bahwa tantangan utama yang dihadapi koperasi meliputi produksi susu, harga dan ketersediaan pakan, reproduksi, regenerasi peternak, serta tata kelola harga susu yang belum konsisten di sepanjang rantai pasok.
“Perbedaan sistem insentif kualitas susu di beberapa KUD, terlihat bahwa tidak semua insentif dari IPS diteruskan ke peternak. Hal ini mencerminkan ketidaksesuaian antara parameter kualitas susu yang dihargai di tingkat hilir dan yang diterapkan di tingkat hulu.” Papar Dr Jack.
Lebih spesifik, Prof. Sahara menegaskan bahwa hasil dari Participatory Rural Appraisal (PRA) yang melibatkan 8 koperasi susu di Jawa Barat pada tahun 2024, menunjukan total produksi susu yang mencapai 417 ton/hari, 90 hingga 95% susu masih dipasarkan melalui koperasi. Hal ini menunjukkan pentingnya peran koperasi dalam rantai nilai susu.
Kepala Bidang Produksi Peternakan DKPP Jawa Barat, Siti Rochani, S.Pt., M.M., menekankan bahwa program persusuan merupakan bagian penting dari prioritas Gubernur 2025–2029. “Kami telah menyalurkan ratusan ekor sapi perah dan membentuk kelompok peternak di kawasan strategis seperti Majalengka. Kami mendorong kolaborasi berkelanjutan dengan IndoDairy 2 untuk mendukung produktivitas, pengelolaan limbah, dan kualitas produk koperasi,” tuturnya.
Dari sisi kelembagaan, Dr. Daniar Ahmad Nurdianto, SE., M.Si., Kepala Bidang Kelembagaan Dinas Koperasi, menyampaikan pentingnya transformasi koperasi menjadi entitas bisnis modern. “Tiga pilar koperasi—kelembagaan, keuangan, dan usaha—perlu diperkuat menuju arah korporatisasi. Koperasi harus mampu menjawab tantangan digitalisasi, pembiayaan, dan regenerasi keanggotaan,” jelasnya.
Direktur Utama GKSI, Ir. Yusup Munawar, M.M., menggarisbawahi bahwa produksi susu dalam negeri masih jauh dari mencukupi kebutuhan, terutama untuk mendukung program nasional Makan Bergizi Gratis. “Kita menghadapi tantangan besar: lahan, peternak, dan pakan. Namun kita juga memiliki potensi besar, yang kita butuhkan adalah dukungan lintas sektor dan kepastian tata niaga,” ujarnya.
Lebih lanjut, berbagai kendala dan solusi strategis dihadapi dan diusulkan oleh pengurus koperasi dalam pengembangan sektor persusuan dan persapiperahaan digali secara mendalam pada sesi breakout room. Sesi ini difasilitasi oleh tim IPB, Dr. David McGill, Dr. Jack Hetherington dan beberapa kendala utama yang dikeluhkan oleh para pengurus koperasi adalah (1) Keterbatasan lahan dan tingginya harga pakan, (2) Minimnya regenerasi peternak muda, (3) Lemahnya pengelolaan limbah dan struktur kelembagaan koperasi, dan (4) Perluasan akses pasar dan pembenahan sistem insentif berbasis kualitas.
Kegiatan ini juga menjadi sarana sosialisasi Expression of Interest (EOI) atau pernyataan minat bagi koperasi yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan intervensi IndoDairy 2. “Kami berharap kegiatan ini memfasilitasi partisipasi aktif koperasi dalam pengembangan strategis yang berkelanjutan,” ujar Dr. Yanti Nuraeni Muflikh, tim IndoDairy IPB.
Workshop ini menjadi langkah awal penting dalam menguatkan pondasi koperasi susu menuju masa depan yang inklusif, produktif, dan berdaya saing. “Dengan kolaborasi aktif semua pihak, kami yakin koperasi dapat bertransformasi menjadi kekuatan utama dalam rantai nilai susu nasional,” tutup Prof. Sahara dalam pernyataan penutupnya.