Dalam upaya mendorong peningkatan produksi susu sapi di Indonesia, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University bekerja sama dengan Central Queensland University, Melbourne University, Adelaide University, Kementerian Pertanian (PSEPKP), dan Universitas Diponogoro menyelenggarakan Provincial Dairy Stakeholder Workshop di Bandung 23 Juli 2024.
Secara spesifik, worshop ini dirancang untuk memperkuat peran koperasi susu (KUD) dan berbagai pemangku kepentingan pada sektor persusuan dan persapiperahan di Provinsi Jawa Barat. Sebagaimana yang di ketahui bahwa Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi susu di Indonesia.
Kegiatan IndoDairy Provincial Dairy Stakeholders Workshop diawali oleh sambutan dari Dr. Lukytawati Anggraeni, S.P., M.Si, Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan FEM IPB University. Dalam sambutannya, Dr. Lukytawati menggarisbawahi pentingnya peran koperasi susu dalam pengembangan hulu-hilir sektor persusuan. “Workshop ini merupakan platform penting untuk memperkuat sinergi antara koperasi, pemerintah, dan industri. Kami berharap kolaborasi ini dapat mengatasi berbagai tantangan dan meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan peternak,” tegas Dr. Lukytawati.
Senada dengan Wakil Dekan FEM, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Jawa Barat Dr. Iendra Sofyan, ST., M. Si juga memberikan sambutan yang menekankan pentingnya kolaborasi multi-stakeholder. “Kami percaya bahwa sinergi antara pemerintah, koperasi, dan sektor swasta adalah kunci untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang dalam sektor persusuan. Kami berkomitmen mendukung setiap inisiatif yang dapat meningkatkan kesejahteraan peternak dan kualitas produk susu,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Assoc. Prof. Dr. David McGill sebagai IndoDairy Project Leader dari Central Queensland University (CQU) memaparkan bahwa kegiatan IndoDairy 2 bertujuan untuk memperkuat peran koperasi susu dalam rantai nilai. “Program IndoDairy 2 adalah langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan dan peningkatan sektor susu melalui koperasi. Kami fokus pada pendekatan holistik dan kolaborasi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi koperasi susu dan mendukung peternak kecil dalam mencapai hasil yang optimal,” ungkap Dr. David.
Peran FEM IPB sebagai focal point IndoDairy 2 dipaparkan oleh Dr. Sahara, SP, M.Si yang berperan sebagai In Country Coordinator IndoDairy sekaligus Direktur International Trade Analysis and Policy Studies (ITAPS) FEM IPB University. Dr Sahara menjelaskan “Program IndoDairy 2 di Provinsi Jawa Barat berfokus pada penguatan Koperasi Susu (KUD) dalam rantai nilai persusuan untuk menciptakan industri susu yang lebih tangguh. KUD memiliki peran krusial sebagai penghubung antara peternak sapi perah dan perusahaan pengolah susu di Indonesia”.
“Di sektor hulu, KUD menyediakan input, penyuluhan, dan layanan lainnya kepada peternak. Di sektor hilir, KUD membantu peternak menjual susu segar mereka kepada Industri Pengolahan Susu (IPS). Program ini sejalan dengan prioritas pemerintah untuk memenuhi target dan kebutuhan Susu Segar Dalam Negeri (SSDN)” Tambah Dr. Sahara.
Sesi diskusi panel IndoDairy Provincial Dairy Stakeholders Workshop melibatkan lima narasumber kunci yang membahas peran berbagai instansi dalam memperkuat sektor persusuan di Jawa Barat. Siti Rochani S.Pt M.M selaku Kepala Bidang Produksi Peternakan dari Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat mengungkapkan tantangan utama sektor persusuan di Jawa Barat “Kami menghadapi berbagai masalah seperti keterbatasan lahan dan rendahnya jumlah generasi muda yang terlibat dalam peternakan. Untuk itu, kami memiliki beberapa program seperti DELMAN SARAH (Model Pemeliharaan Sapi Perah) maupun penyebaran bibit ternak dan pendampingan dalam upaya akselerasi pengembangan sektor ini di Jawa Barat,” ungkap Siti Rochani.
Ir. Rachmat Taufik Garsadi M.M, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat menyoroti perlunya transformasi koperasi susu agar lebih efisien dan profesional. “Koperasi susu harus bertransformasi untuk menjadi lebih efisien dan profesional agar dapat memberikan kesejahteraan kepada peternak dengan lebih baik. Model bisnis yang lebih profesional sangat diperlukan untuk mendukung koperasi susu agar dapat berfungsi dengan optimal. ” Ujar Rachmat Taufik.
Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) sebagai induk dari koperasi susu di Indonesia menambahkan bahwa transformasi merupakan hal yang mutlak. Menurut Ir. Yusup Munawar M.M selaku Direktur Utama hampir seluruh koperasi susu sedang mengalami penurunan akibat wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dari tahun 2022 lalu, sehingga membuat perbaikan kelembagaan KUD terhambat. “Saat ini, kami menghadapi penurunan produksi susu yang signifikan dan perlu memulihkan sektor ini ke kondisi sebelumnya. Dukungan dari IndoDairy 1 sangat berharga, dan kami berharap IndoDairy 2 dapat memberikan manfaat lebih besar bagi koperasi kami,” kata Yusup Munawar.
Sementara itu, drh. Asep Khaerudin M.Pt Sekretaris KPBS Pangalengan mengutarakan komitmennya “Kami berkomitmen untuk mengembangkan koperasi berbasis digital yang dapat mendukung peternak dan meningkatkan kesejahteraan mereka” ungkap drh. Asep, menyoroti pentingnya inovasi dalam koperasi susu.
Hal ini sejalan dengan M Randy Armahedi S.Pt selaku Dairy Service PT. Cisarua Mountain Dairy Tbk. (Cimory) terkait dukungan IPS terhadap koperasi mitra dan peternak untuk terus berkembang demi kesejahteraan peternak. “Cimory sangat mendukung koperasi mitra dengan melalui program pendampingan, pemberian harga kompetitif, dan subsidi” ujar Randy.
Diskusi dilanjutkan dengan sesi Breakout Room yang membahas tantangan hulu-hilir sektor persusuan di Jawa Barat seperti keterbatasan lahan, harga pakan, regenerasi peternak dan masalah tataniaga dan kelembagaan pemasaran. Keterbatasan lahan dan pakan yang mahal menjadi kendala besar, sedangkan regenerasi peternak membutuhkan perhatian khusus karena minat generasi muda yang menurun.
Namun, peluang pasar untuk susu segar terus berkembang. Dengan permintaan yang meningkat dan defisit pasokan, koperasi dapat memanfaatkan peluang ini untuk meningkatkan kapasitas produksi mereka.
Untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang tersebut, Strategi yang diusulkan mencakup kolaborasi antara koperasi, pemerintah, industri susu, dan institusi pendidikan. Penguatan peran koperasi dalam penyuluhan dan perbaikan manajemen internal diharapkan dapat meningkatkan efisiensi. Dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan dan bantuan finansial juga dianggap penting.
“Dengan dukungan aktif dan partisipasi dari semua pihak, kegiatan IndoDairy 2 yang akan berlangsung lima tahun ke depan diharapkan dapat menjadi platform efektif untuk berbagi informasi, manfaat, dan berkontribusi signifikan dalam memperkuat peran KUD dan pelaku usaha di sektor persusuan di Jawa Barat demi kesejahteraan anggota dan peternak sapi perah” Demikian pernyataan yang disampaikan oleh Dr. Sahara pada penutupan Workshop tersebut.