Agnes Sarini Sinaga**; Dina Lianita Sari*; Dr. Nuva*
*Dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL)
**Alumni Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL)
Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), IPB University
Berbagai aktivitas ekonomi yang tidak ramah lingkungan dapat menyebabkan pesisir dan laut di Indonesia semakin tercemar. Pencemaran laut tentunya akan memengaruhi kualitas suatu lingkungan di laut. Penurunan kualitas lingkungan di laut ini tidak terlepas juga dari aktivitas rumahtangga di pesisir yang membuang sampah terutama limbah plastik ke area psisir pantai, sehingga menyebabkan pantai tercemar oleh marine debris atau sampah laut. Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir memanfaatkan sumber daya yang ada di laut untuk membangun aktivitas ekonomi yang mampu mendukung kesejahteraan mereka. Setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan masyarakat juga akan menghasilkan limbah seperti sampah rumah tangga, baik sampah organik maupun non-organik (terutama sampah plastik). Menurut Sulistyono (2012), salah satu indikator utama tingginya sampah rumah tangga di suatu daerah tergantung dari kepadatan penduduk di daerah tersebut. Semakin tinggi kepadatan penduduk suatu daerah, semakin tinggi sampah rumah tangga yang dihasilkan di daerah tersebut. Kondisi tersebut tentu juga berlaku di kawasan pesisir, terutama kawasan pesisir yang padat penduduk dan minim prasarana dan sarana pembuangan sampah rumah tangga.
Salah satu daerah pesisir dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi adalah Muara Angke, Jakarta Utara. Muara Angke juga merupakan salah satu kawasan pesisir yang lautnya tercemar. Pencemaran laut di muara angke terjadi akibat limbah yang berasal dari hulu sungai dan sekitar kawasan pemukiman di pesisir Muara Angke. Kawasan pemukiman ini menghasilkan limbah rumah tangga. Sampah rumah tangga diduga menjadi sumber utama penghasil limbah di Muara Angke, dimana sampah yang banyak ditemukan di Muara Angke adalah sampah plastik. Berdasarkan hasil estimasi penelitian, diketahui sampah plastik yang berasal dari perilaku ekonomi rumah tangga di kawasan Muara Angke yang dapat mencapai 44,15% dari total timbulan sampah rumah tangga/hari. Sampah plastik merupakan sampah yang paling banyak dihasilkan akibat aktivitas ekonomi rumah tangga di Muara Angke (Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara 2019).
Perilaku ekonomi rumah tangga pada masyarakat Muara Angke dipengaruhi keadaan sosial, demografi masing-masing responden, dan ekonomi. Perilaku ekonomi rumah tangga akan memengaruhi cara rumah tangga mengelola sampah. Ketika perilaku ekonomi suatu rumah tangga cenderung hanya memanfaatkan sumberdaya alam saja tetapi tidak ramah lingkungan maka akan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Setiap rumah tangga memiliki perbedaan perilaku ekonomi dalam hal mengelola sampah plastik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kebiasaan, pengetahuan, pola konsumsi masyarakat dalam mengelola sampah plastik rumah tangga, ketersediaan tempat untuk responden memilah sampah, dan ketersediaan tempat sampah di kawasan Muara Angke.
Berdasarkan hasil survey yang diolah dengan deskriptif kauntitatif, diketahui sekitar 83% dari 100 orang responden di Pelabuhan Muara Angke belum melakukan pemilahan sampah karena responden belum memiliki kemauan, dukungan, dan pengetahuan dalam melakukan pemilahan sampah. Walaupun begitu ada beberapa masyarakat yang sebenarnya sudah memiliki pemahaman tentang pemilahan sampah. Mereka sudah mengerti cara memilah sampah sesuai kategorinya yaitu sesuai sampah organik atau sampah basah, sampah anorganik atau sampah kering dan sampah beracun (B3). Namun kondisi reponden yang memiliki keterbatasan waktu menyebabkan mereka tidak melakukan pemilahan sampah. Dari hasil kajian ini juga diketahui muara pembuangan sampah di Muara Angke yaitu laut, lahan kosong, dibakar, dan tempat sampah.
Tempat pembuangan sampah yang terbatas dan belum lengkap sesuai kategorinya menjadi penyebab lain perilaku masyarakat untuk lebih memilih membakar sampah, membuang sampah ke lahan kosong dan bahkan membuang sampah ke laut. Masyarakat akan membuang sampah ke lahan kosong atau langsung ke laut karena lokasi lahan dan laut yang sangat dekat dengan tempat tinggal mereka. Perilaku masyarakat untuk tidak membuang sampah ke tempat sampah pasti memiliki alasan tertentu. Ada empat alasan responden untuk membuang sampah sembarangan yaitu tidak tahu membuang sampah kemana, kebiasaan yang sudah lama dilakukan, ada lahan yang biasa dijadikan sebagai tempat sampah dan tidak terlalu mempermasalahkan masalah tentang sampah. Mayoritas alasan responden membuang sampah sembarangan adalah karena tidak tahu harus membuang sampah kemana.
Penjelasan perilaku ekonomi rumah tangga di atas menunjukkan bahwa responden sangat bergantung dalam menggunakan plastik pada saat melakukan aktivitas ekonomi yaitu berbelanja. Perilaku ekonomi suatu rumah tangga dalam memanfaatkan sumberdaya alam pasti dilandasi oleh motif ekonomi. Motif ekonomi yang dilakukan oleh responden dapat berasal atas kemauan diri sendiri atau karena pengaruh dari luar (pihak lain, media, buku, sekolah). Apabila motif ekonomi responden dalam melakukan aktivitas ekonomi dengan tujuan untuk mengurangi penumpukan sampah dan peduli terhadap dampak sampah plastik ke laut maka akan semakin besar peluang responden menggunakan barang atau produk yang ramah lingkungan dan melakukan pemilahan sampah.
Oleh karena itu, agar dapat meningkatkan kemauan dan kesadaran masyarakat untuk berperilaku membuang sampah ke tempat sampah, maka perlu memperbanyak sosialisasi ke masyarakat terkhusus kepada kepala rumah tangga mengenai dampak buruk sampah plastik bagi lingkungan, cara memilah sampah yang baik dan benar, dan potensi nilai ekonomi dari sampah. Sosialisasi dapat dilakukan melalui pengajian, ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), karang taruna, sosial media, ataupun radio. Selanjutnya, perlu ada sosialiasi yang mengarahkan masyarakat agar aktif menabung sampah di bank sampah setempat sehingga memilah sampah menjadi suatu kebiasaan dan kepala rumah tangga dapat memengaruhi setiap anggota keluarga.