Oleh: Dr. Jono M Munandar, Staf pengajar senior di Departemen Manajemen dan anggota Senat FEM-IPB University
Perkembangan ekonomi di Nusantara yang dilakukan oleh banyak etnis di Indonesia dengan melandaskan pada sikap kekeluargaan, solidaritas sosial dan kearifan lokal maupun agama dipopulerkan dengan Nusantaranomics. Nusantaranomics salah satunya ditandai dengan lahirnya kewirausahaan genuine khas masyarakat Nusantara dan tiap daerah mempunyai hal tersebut. Salah satu contohnya adalah batik-batik dari Cirebon, Solo hingga Yogyakarta. UNESCO menyatakan “Batik Indonesia sebagai salah satu warisan budaya tak benda milik dunia pada bidang Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity”. Batik mengandung motif-motif yang unik dan memiliki makna & filosofi, yang pada umumnya terdiri dari muatan ilmu-ilmu pendidikan seperti akhlak, etika, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan Tuhannya dan lain sebagainya.
Industri batik merupakan bagian dari industri tekstil yang selama ini memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional, termasuk yang banyak membuka lapangan kerja. Sebab sektor yang didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) ini telah menyerap tenaga kerja dari 47 ribu unit usaha yang tersebar di 101 sentra wilayah Indonesia. Menurut data Kemenperin (2021), ekspor batik pada tahun 2020 mencapai USD 532,7 juta dan selama periode triwulan I tahun 2021 mampu menembus USD 157,8 juta. Pasar batik luar negeri terbesar saat ini masih di Jepang (50 %), Amerika Serikat (30 %) dan Eropa (20 %).
Salah satu bisnis batik Indonesia yang sukses menembus pasar internasional adalah Batik Pria Tampan yang merupakan salah satu pabrik batik terbesar di Jawa Tengah dan berdiri sejak tahun 1979. Batik Pria Tampan memproduksi lebih dari 300.000 m kain batik per bulan dan pesanan mencapai 100.000 yard per bulan sehingga berhasil meraih omset Rp 4M/bulan. Batik Pria Tampan hadir menggunakan warna-warna cerah berbeda dari batik biasanya yang cenderung berwarna gelap. Hal tersebut berdampak pada jumlah peminat dalam negeri sangat sedikit yaitu hanya sekitar 10%. Sedangkan di dunia internasional batik ini ramai peminat sehingga berhasil mengekspor sebanyak 90%.
Kesuksesan ekspor Batik Pria Tampan ini didukung oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah yaitu adanya rasa memiliki pada budaya batik lalu dilestarikan dengan proses pembuatan batik yang sama dengan batik lainnya meskipun motif yang diciptakan cenderung berbeda. Hal tersebut dilakukan untuk menyesuaikan motif dengan selera konsumen, utamanya konsumen luar negeri. Contohnya Myanmar yang memiliki motif hampir sama dengan Indonesia yaitu motif parang dll. Sebaliknya untuk konsumen Amerika, Batik Pria Tampan menyesuaikan motifnya dengan musim yang ada di Amerika seperti musim panas yang identik dengan warna kuning dan musim gugur identik dengan warna merah atau oranye karena motif-motif pakem kuno yang biasanya di Indonesia dinilai terlalu complicated atau berat oleh konsumen AS. Kualitas produk yang tinggi juga menjadi faktor penting suksesnya Batik Pria Tampan di pasar internasional, dimana setiap negara importir memiliki persyaratan sendiri yang harus dipenuhi batik Pria Tampan terkait kualitas. Selain itu, menjadi produk yang ramah lingkungan juga memudahkan suatu produk Indonesia untuk diterima di pasar internasional negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika (Fitria dan Yustisya 2021). Batik Pria Tampan mewujudkannya dengan cara berinvestasi di fasilitas pengolahan limbah yang mengubah limbah sisa produksi batik agar bisa dibuang ke sungai tanpa merusak lingkungan. Batik Pria Tampan juga melakukan kerjasama dengan salah satu produsen dan penyalur batik luar negeri yaitu Lunn Fabrics yang berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan karyawannya.
Tak hanya eksis di pasar luar negeri, Batik Pria Tampan mulai bersaing di pasar dalam negeri dengan cara meningkatkan awareness konsumen yaitu menjadikan tim basket sebagai brand ambassador produk. Batik pria tampan sangat digemari oleh masyarakat karena selain memiliki kualitas bahan dan jahitan yang sangat baik diatas rata-rata batik lainnya, design batik pria tampan juga sangat simple dan elegan namun masih terlihat eksklusif.
Bisnis batik indonesia selanjutnya yang berhasil menembus pasar internasional adalah Batik Maos Rajasamas yang berasal dari Cilacap. Batik ini pernah berjaya pada tahun 1980-an, tetapi kalah bersaing pada tahun 1990 dan mulai dikembangkan lagi pada tahun 2007. Setiap helai dan motifnya memiliki filosofi, besar dan tegas serta cenderung berwarna gelap yang menjadi ciri khas batik ini. Batik Maos Rajasamas memproduksi 3 jenis batik yaitu batik tradisional/ tulis (500m/bulan); batik cap (5000m/bulan); batik printing (10000m/bulan). Dengan jumlah produksi yang tinggi, Batik Maos Rajasamas sukses mengekspor produknya ke berbagai negara di dunia.
Kesuksesan ekspor Batik Maos Rajasamas ini tidak terlepas dari upayanya untuk mengikuti berbagai pameran di dalam maupun luar negeri untuk mencari konsumen baru dengan menjelaskan filosofi tiap helai kain batik kepada pengunjung pameran, serta memberikan penawaran langsung (direct marketing) menggunakan media sosial dan media lainnya kepada konsumen. Tak hanya itu, Batik Maos Rajasamas juga mampu memahami dan memenuhi keinginan konsumennya. Contohnya yaitu mampu memenuhi orderan dengan model layangan batik dari Singapura sebanyak 500 pcs, yang selanjutnya ekspor akan dilakukan 3 bulan sekali sesuai dengan kontrak. Tetapi kegiatan ekspor Batik Maos Rajasamas ini sempat tertunda akibat adanya pandemi Covid-19. Tidak berdiam diri, Batik Maos Rajasamas terus berusaha eksis di pasar dalam negeri yaitu dengan cara bekerja sama dengan instansi-instansi yang membutuhkan produknya. Salah satu contohnya adalah Batik Maos Rajasamas mendapatkan orderan masker 500.000 pcs dari Kementerian Kesehatan RI dengan total omset sekitar Rp300 juta pada tahun 2020. Hal tersebut sangat menolong pada masa pandemi.
Apa yang dilakukan dalam bisnis Batik Pria Tampan dan Batik Maos Rajasamas nampaknya mengikuti kearifan lokal yang ada yaitu ajaran Mangkunegara I yang terangkum dalam ajaran Tri Dharma yaitu untuk merasa memiliki, melestarikan, dan berani bertindak (untuk hal yang berguna) (Nurcahyanti et al. 2020). Rasa memiliki berkaitan dengan moral dan mental kuat dilandasi dengan pemahaman, bahwa tradisi merupakan harta tak ternilai yang membentuk budaya. Melestarikan diwujudkan dengan proses pembuatan batik pria tampan tetap dipertahankan sama dengan proses pembuatan batik yang lain sesuai tradisi meskipun motif Batik Pria Tampan cenderung berbeda dengan motif batik biasanya. Sedangkan Batik Maos Rajasamas tetap mempertahankan dan melestarikan motif batik pakem kuno dengan filosofinya. Batik Pria Tampan berani mengambil keputusan yaitu membuat motif batik beda dari yang lain dan yang ternyata hal tersebut diterima dengan baik di pasar luar negeri merupakan wujud dari ajaran berani bertindak untuk hal yang berguna, dan Batik Maos Rajasamas juga berani mengambil tindakan untuk membuat berbagai jenis produk dari batik seperti layangan dan masker yang berhasil meningkatkan omsetnya pada masa pandemi.
Tabel 1. Contoh kearifan lokal batik
Industri | Negara Tujuan Ekspor | Sumber Kearifan Lokal | Faktor Sukses dari Kearifan Lokal | Ada tidaknya muatan (v: ada; -: tidak ada) | Orientasi Penjualan | ||||
Seni | Budaya | Sub Ekologi | Sub Sosial | Materi | Lokal | Ekspor | |||
Batik Pria Tampan | Amerika Serikat, Spanyol, Singapura, Myanmar. | Mangkunegara I (Tri Dharma) | – | 1) Merasa memiliki; 2) Melestarikan; 3) Berani bertindak. | v | v | v | v | v |
Batik Maos Rajasamas | Arab Saudi, Amerika Latin, Jerman. | Filosofi dan histori setiap motif | 1) Motif Cebong Kumpul; 2) Motif Rujak Shente. | 1) Merasa memiliki; 2) Melestarikan; 3) Berani bertindak. | – | v | v | v | v |
Berbeda dengan Batik Pria Tampan dan Batik Maos Rajasamas yang berorientasi ekspor, Batik Trusmi fokus pada pemenuhan permintaan di pasar domestik. Brand batik lokal asal Cirebon ini memiliki jumlah pembeli mencapai 5000/hari dan berhasil meraih omset milyaran rupiah per bulan. Dalam pemasaran produknya, Batik Trusmi menggunakan strategi 4P (Product, Price, Place, Promotion) yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Strategi pemasaran batik trusmi
Strategi Pemasaran | Batik Trusmi |
Product | Menciptakan 20 desain baru tiap bulan Motif kontemporer (gabungan motif tradisional & modern) yang simpel, lucu & kekinian |
Price | Harga sesuai dengan kualitas |
Place | Terletak di salah satu sentra batik dan tujuan wisata belanja di Jawa BaratMemiliki sejumlah cabang di berbagai daerah |
Promotion | Mengisi berbagai acara seminarMembuka mini workshop di sentra Batik Trusmi di Cirebon dimana pengunjung bisa melihat langsung proses pembuatan batikMengejar siapapun artis, pejabat, atau publik figur yang berkunjung ke Cirebon untuk diberikan produk dan diajak foto. |
Itulah beberapa contoh produk lokal khas yaitu batik indonesia yang sukses di pasar domestik maupun internasional, yang dalam kegiatan ekonominya tidak hanya berlandaskan pada materi saja, tetapi dilandasi juga dengan nilai-nilai kearifan lokal seperti tradisi atau budaya. Untuk keberlanjutan industri ini kedepannya, maka diperlukan kontribusi dari pemerintah daerah setempat. Dalam hal ini dapat berupa pengadaan pameran, mencarikan partner bisnis atau pihak ketiga yang mampu meneruskan produk untuk dijual di tempat yang baru ataupun diekspor, menyediakan infrastruktur yang memadai untuk menunjang operasional bisnis seperti jalan dan lain sebagainya, serta memberikan pelatihan kepada para pekerja terkait kualitas produk (seperti: pewarnaan alami batik yg menarik, pengemasan, pelabelan, dll) maupun layanan prima untuk para konsumen (seperti: pelayanan jasa pengiriman produk, proses pembelian online, dll). Selain itu, pendeketan digitalisasi utamanya dalam pemasaran, sangat diperlukan agar pemanfaatan teknologi IT bisa mempercepat pengembangan penjualannya. Namun demikian, tidak boleh dilupakan aspek
sumber: https://republika.id/posts/42008/nusantaranomics-produk-berbasis-kearifan-lokal