OLEH Nahda Kemala (Mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi FEM-IPB), Dr. Sahara(Direktur Internasional Trade Analysis and Policy Studies-ITAPS dan Dosen Departemen Ilmu Ekonomi FEM-IPB), Zulva Azizah dan Mutiara Probokawuryan (Dosen Departemen Ilmu Ekonomi FEM-IPB)
Industri karet dan plastik Indonesia memiliki potensi yang besar untuk di kembangkan. Output yang dihasilkan dari sektor karet dan plastik Indonesia merupakan input dari industri lainnya, baik dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa industri yang telah mendorong pertumbuhan sektor karet dan plastik secara signifikan antara lain industri kesehatan, makanan dan minuman, konstruksi, elektronik, otomotif, dan kosmetik (Kemenperin 2022).
Meskipun sektor karet dan plastik menghadapi beberapa tantangan dan kelemahan, sektor ini juga memiliki keunggulan dan potensi untuk dikembangkan dalam hal produktivitas dan teknologi. Potensi ini dapat meningkatkan partisipasi dalam GVC serta meningkatkan daya saing dan produktivitas secara berkelanjutan, melalui peningkatan spesialisasi dan investasi asing yang berkelanjutan (ADB 2019).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menggunakan metode MRIO Indonesia tahun 2022, dengan klasifikasi 35 sektor dan 63 negara. Permintaan antara sektor karet dan plastik Indonesia dengan sektor domestik paling besar terhadap sektor pertanian, perburuan, kehutanan, dan perikanan sebesar 103 miliar dolar AS. Permintaan akhir sektor karet dan plastik Indonesia paling besar terhadap sektor kontruksi sebesar 293 miliar dolar AS.
Permintaan antara sektor karet dan plastik Indonesia dengan sektor negara lain paling besar terhadap sektor peralatan transportasi Amerika Serikat sebesar 146 juta USD, contoh produknya yaitu ban pneumatic. Permintaan negara yang dipenuhi oleh sektor karet dan plastik Indonesia terbesar dari negara Indonesia sendiri sebesar 15 miliar dolar AS dari total permintaan sektor karet dan plastik Indonesia, di ikuti oleh negara Amerika Serikat sebesar 1 miliar dolar AS dan negara Jepang sebesar 577 juta dolar AS.
Permintaan sektor karet dan plastik paling banyak oleh negara Indonesia. Sektor karet dan plastik Indonesia menggunakan input dari sektor domestik paling besar yaitu sektor pertanian, perburuan, kehutanan, dan perikanan sebesar 3 miliar dolar AS. Diikuti oleh sektor bahan kimia dan produk kimia dan sektor karet dan plastik itu sendiri, masing masing sebesar 2 miliar dolar AS dan 1 miliar dolar AS.
Sektor karet dan plastik Indonesia menggunakan input sektor negara lain terbesar oleh sektor bahan kimia dan produk kimia China sebesar 584 juta dolar AS. Diikuti oleh sektor bahan kimia dan produk kimia Jepang sebesar 305 juta dolar AS dan sektor bahan kimia dan produk kimia Singapura sebesar 240 juta dolar AS.
Sektor karet dan plastik Indonesia menggunakan input terbesar dari negara Indonesia sendiri sebesar 11 miliar dolar AS, diikuti oleh negara China sebesar 982 juta dolar AS dan negara Jepang sebesar 524 juta dolar AS Input sektor karet dan plastik paling banyak diberikan oleh negara Indonesia dan negara lain.
Sektor karet dan plastik memiliki kontribusi terhadap nilai konsumsi rumah tangga di negara lainnya. Sektor karet dan plastik dapat memenuhi konsumsi rumah tangga di Indonesia sebesar 5 miliar dolar AS, diikuti oleh Amerika Serikat dan German dengan masing-masing besaran 92 juta dolar AS dan 36 juta dolar AS.
Selain itu, sektor karet dan plastik dapat memenuhi konsumsi pemerintah di negara lain, seperti India dengan nilai sebesar 2 miliar dolar AS. Nilai investasi sektor karet dan plastik Indonesia sebesar 116 juta dolar AS. Nilai perubahan inventori sektor karet dan plastik Indonesia sebesar 129 juta USD. Sektor dengan nilai investasi sektor karet dan plastik dengan nilai sebesar 245 juta USD.
Keterkaitan total ke depan sektor karet dan plastik Indonesia paling besar dengan sektor-sektor di Indonesia sendiri. Sektor karet dan plastik Indonesia memiliki nilai keterkaitan total ke depan terbesar dengan sektor karet dan plastik sendiri sebesar 1,055. Artinya, ketika ada kenaikan permintaan akhir sebesar 1.000 dolar ASdi sektor karet dan plastik Indonesia, maka alokasi output sektor karet dan plastik Indonesia untuk sektor karet dan plastik Indonesia meningkat sebesar 1.055. Sektor karet dan plastik Indonesia menggunakan output sektor karet dan plastik itu sendiri. Misalnya seperti karet alam, karet sintetis yang digunakan sebagai bahan baku produksi produk karet lebih lanjut (Kemenperin 2022). Nilai keterkaitan total ke depan sektor karet dan plastik Indonesia terbesar kedua diduduki oleh sektor kontruksi Indonesia, sebesar 0,033. Sektor kontruksi Indonesia menggunakan output sektor karet dan plastik. Misalnya digunakan untuk membuat segel/perekat (Brentin dan Sarnacke 2011), pipa, dan insulasi kabel listri (Nurkhamin dan Harjanti 2021).
Berdasarkan hasil analisis keterkaitan total ke depan, sektor karet dan plastik Indonesia memiliki keterkaitan yang lebih besar dengan sektor domestik. Hal tersebut mengindikasikan partisipasi sektor karet dan plastik Indonesia dalam GVC yang di ukur dari keterkaitan total ke depan rendah. Output dan nilai tambah yang dimiliki oleh sektor karet dan plastik Indonesia lebih besar terhadap domestik sebagai input dan konsumsi domestik.
Keterkaitan total ke belakang sektor karet dan plastik Indonesia paling besar dengan sektor-sektor di Indonesia sendiri. Sektor karet dan plastik Indonesia memiliki nilai keterkaitan total ke belakang terbesar dengan sektor karet dan plastik sendiri sebesar 1,055. Artinya, ketika ada kenaikan permintaan akhir sebesar 1.000 dolar AS di sektor karet dan plastik Indonesia, maka alokasi input sektor karet dan plastik Indonesia dari sektor karet dan plastik Indonesia meningkat sebesar 1.055. Sektor karet dan plastik Indonesia menggunakan output sektor karet dan plastik itu sendiri. Misalnya seperti daur ulang limbah plastik menjadi biji plastik untuk di olah atau di bentuk kembali menjadi produk plastik lainnya (Oktama 2017).
Peringkat kedua diduduki oleh sektor pertanian, perburuan, kehutanan, dan perikanan Indonesia, sebesar 0,154. Sektor karet dan plastik Indonesia menggunakan output dari sektor pertanian, perburuan, kehutanan, dan perikanan Indonesia. Misalnya seperti getah pohon karet yang di hasilkan dari pohon karet atau hevea brasiliensis(Kemenperin 2019), selain itu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan karet (BPDPKS 2018). Peringkat ketiga diduduki oleh sektor bahan kimia dan produk kimia Indonesia, sebesar 0,137. Sektor karet dan plastik Indonesia menggunakan output sektor Bahan kimia dan produk kimia Indonesia. Misalnya seperti petrokimia digunakan untuk memproduksi produk karet dan plastik (Pertamina 2023).
Nilai keterkaitan total ke belakang sektor karet dan plastik Indonesia dengan sektor negara lain paling besar diduduki oleh sektor bahan kimia dan produk kimia negara China, Jepang, Singapura dan Korea. Sektor karet dan plastik Indonesia menggunakan output sektor bahan kimia dan produk kimia berupa petrokimia.
Berdasarkan hasil analisis keterkaitan total ke belakang, sektor karet dan plastik Indonesia menunjukkan keterkaitan yang lebih besar dengan sektor domestik. Hal tersebut mengindikasikan partisipasi sektor karet dan plastik Indonesia dalam GVC yang di ukur dari keterkaitan total ke belakang rendah.
Sebagian besar nilai tambah yang tertanam dalam impor barang setengah jadi Indonesia, digunakan dalam produksi akhir untuk di konsumsi dalam negeri bukan untuk diekspor. Permintaan domestik terhadap karet dan plastik sangat tinggi, sehingga Indonesia bergantung pada impor untuk memenuhi permintaan domestik serta mendukung industri dalam negeri, tanpa mengintegrasikan proses produksi ke dalam GVC.
Sektor karet dan plastik China memiliki nilai koefisien penyebaran >1 dan nilai kepekaan penyebarannya > 1. Artinya, China memiliki kemampuan yang kuat dalam menarik pertumbuhan sektor hulu, maupun mendorong pertumbuhan produksi sektor hilirnya.
Oleh karena itu, China menjadi negara dengan nilai ekspor karet dan plastik tertinggi di dunia. Sedangkan sektor karet dan plastik Indonesia memiliki nilai koefisien penyebaran >1 dan nilai kepekaan penyebarannya <1.
Artinya, Indonesia memiliki kemampuan yang kuat dalam menarik pertumbuhan sektor hulunya. Namun, lemah dalam mendorong pertumbuhan produksi sektor hilirnya.
Sektor karet dan plastik banyak menggunakan output dari sektor lain, Sementara itu, nilai tambah sektor karet dan plastik Indonesia lebih banyak dari domestik dari pada luar negeri.
Dari perspektif ke depan, sebagian besar nilai tambah dalam negeri Indonesia digunakan oleh importir langsung dalam memproduksi produk akhir untuk konsumsi dalam negeri. Sementara itu, dari perspektif ke belakang, sebagian besar nilai tambah yang tertanam dalam impor barang setengah jadi Indonesia digunakan dalam produksi akhir untuk konsumsi dalam negeri dan bukan untuk ekspor (ADB dan IsDB 2019).
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil yaitu, partisipasi sektor karet dan plastik dalam GVC rendah. Berdasarkan analisis struktur, perannya lebih besar terhadap sektor domestik. Di negara lain, sektor karet dan plastik memenuhi permintaan sektor peralatan transportasi Amerika Serikat. Selain itu, input sektor karet dan plastik terbesar dari negara lain yaitu, sektor bahan kimia dan produk kimia China, Jepang, Singapura, dan Korea.
Keterkaitan total ke depan sektor karet dan plastik Indonesia di dominasi oleh sektor domestik, namun keterkaitan total ke belakang sektor karet dan plastik Indonesia dengan negara lain paling besar terhadap sektor bahan kimia dan produk kimia negara China, Jepang, Singapura dan korea. Dengan ini sektor karet dan plastik Indonesia kuat dalam menarik pertumbuhan produksi sektor hulunya, namun lemah dalam mendorong pertumbuhan produksi sektor hilirnya.