OLEH Frans, Moreno Verli Widjanarko, Muhammad Nashiruddin An-Nadwi (Mahasiswa Departemen Manajemen FEM IPB University); M Zidhan (Mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB University); Lindawati Kartika (Dosen Departemen Manajemen FEM IPB University)
Pangan merupakan kebutuhan manusia, pemenuhan kebutuhan tersebut merupakan hak asasi seluruh rakyat Indonesia (UU No. 7/1996 tentang Pangan). Pangan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan dan konsumen/masyarakat miskin perkotaan. Kebijakan beras merupakan upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan. Beras merupakan makanan pokok yang diproduksi oleh petani dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia (Darsono, 2012). International Food Policy Research Institute (IFPRI) mendefinisikan swasembada pangan sebagai suatu kondisi di mana suatu negara mampu memenuhi kebutuhan konsumen (terutama pangan esensial) dari proses produksinya sendiri, dibandingkan dengan membeli atau mengimpor dari negara lain (Ika et al., 2015).
Swasembada pangan adalah tujuan penting dalam pembangunan pertanian di Indonesia. Untuk mencapai tujuan ini, sejumlah elemen harus diperhatikan, termasuk peran kelompok tani, atau Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), yang berperan penting dalam produksi dan distribusi beras di Bogor, Jawa Barat. Mencapai swasembada pangan di Indonesia adalah tantangan yang kompleks dan memerlukan kerja keras dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, petani, ilmuwan pertanian, dan masyarakat secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang perlu diatasi untuk mencapai swasembada pangan di Indonesia diantaranya (1) keterbatasan Lahan Pertanian: Pertumbuhan penduduk yang cepat dan urbanisasi mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian yang tersedia. Selain itu alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian, seperti perumahan dan industri juga turut memperparah keterbatasan lahan pertanian di Indonesia dan (2) ketergantungan pada Cuaca dan Perubahan Iklim: Perubahan iklim menyebabkan pola curah hujan yang tidak stabil dan cuaca ekstrem, mempengaruhi produksi tanaman dan peternakan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan suhu global yang berhubungan peningkatan emisi gas rumah kaca (CO2), serta (3) teknologi dan Inovasi: Kurangnya akses petani ke teknologi modern dan inovasi dalam pertanian, seperti sistem irigasi yang efisien, varietas tanaman unggul, dan teknik pertanian berkelanjutan. Petani cenderung mempertahankan kebiasaan lama dalam pengolahan lahan pertanian, serta tidak ingin mengambil resiko untuk sesuatu yang baru dan berbasis percobaan.
Gapoktan berperan penting dalam mencapai swasembada pangan di Indonesia. Mereka berfungsi sebagai forum bagi petani untuk berkolaborasi, berbagi pengetahuan, dan mengakses sumber daya dan teknologi yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Melalui Gapoktan, petani dapat mengumpulkan sumber daya, menerima pelatihan teknik bertani yang efektif, dan mendapatkan manfaat dari akses pasar yang lebih baik. Gapoktan juga memfasilitasi pertukaran informasi mengenai praktik pertanian terbaik, termasuk cara mengatasi tantangan iklim dan hama tanaman, yang penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian secara umum.
Peran penting Gapoktan dalam mencapai swasembada pangan dapat didukung dengan beberapa tindakan: Pertama, pemerintah dan organisasi nirlaba dapat memberikan pelatihan dan dukungan kepada anggota Gapoktan mengenai teknologi pertanian terkini, manajemen bisnis, dan praktik berkelanjutan. Munculnya layanan keuangan mikro dan perbankan ramah petani juga dapat membantu petani Gapoktan memperoleh modal usaha yang diperlukan. Selain itu, pemerintah dapat memberikan insentif dan dukungan kebijakan, termasuk subsidi input pertanian dan jaminan harga produk pertanian, untuk meningkatkan keberlanjutan operasi agribisnis mereka. Kerja sama dengan sektor swasta juga penting; Pelaku usaha dapat memberikan akses pasar yang lebih baik, dukungan distribusi produk pertanian, dan dukungan teknis kepada petani melalui Gapoktan. Dengan begitu, Gapoktan bisa menjadi pilar kuat dalam meningkatkan ketahanan pangan negara.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua gapoktan dan studi literatur, ditemukan beberapa faktor internal dan eksternal pada Gapoktan Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa faktor internal berupa kekuatan yang bisa mendukung Gapoktan Kabupaten bogor yakni padi sawah merupakan komoditas unggulan Gapoktan Kabupaten Bogor, lahan Pertanian yang dimiliki GAPOKTAN Kabupaten Bogor sangat luas, Gapoktan Kabupaten Bogor memproduksi beras berkualitas tinggi, seluruh anggota gapoktan menerima bimbingan dan pengawasan langsung dari Balai Penyuluh Pertanian, dan terdapat inovasi pestisida oleh Gapoktan Kabupaten Bogor. Namun dari sisi faktor internal berupa kelemahan yang dihadapi yakni adanya keterbatasan modal petani gapoktan Kabupaten Bogor, usia petani gapoktan Kabupaten Bogor non produktif, kualitas petani gapoktan Kabupaten Bogor rendah, sertifikasi Padi Organik telah kadaluarsa, dan terbatasnya adopsi teknologi oleh Gapoktan Kabupaten Bogor.
Di sisi faktor eksternal, Gapkotan Kabupaten Bogor memiliki peluang dalam hal adanya dukungan pemerintah yang kuat terhadap program penggalian potensi teknologi pertanian, pemanfaatan produk sampingan beras, teknologi pertanian semakin berkembang, program Swasembada Pangan dari pemerintah, dan fasilitasi Asuransi Pertanian. Namun juga mereka menghadapi tantangan seperti pada musim hujan, serangan hama sulit untuk dikendalikan, keterbatasan infrastruktur digital pertanian yang andal pada Kecamatan Kabupaten Bogor, fluktuasi harga beras, perubahan Kebijakan dan Peraturan pemerintah, lanskap wilayah pada Kecamatan Kabupaten Bogor rawan longsor.
Selanjutnya, pengukuran daya saing Gapoktan menjadi kunci dalam mengidentifikasi keberhasilan dan hambatan dalam mencapai swasembada pangan. Daya saing adalah kemampuan suatu kelompok untuk bersaing dalam pasar dan mempertahankan pangsa pasar mereka. Hal ini juga akan membantu merumuskan strategi yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan Gapoktan Padi di Kabupaten Bogor. Dengan memahami daya saing Gapoktan, dapat merancang kebijakan yang lebih efektif dan berkelanjutan untuk mendukung pencapaian tujuan swasembada pangan di Indonesia.
Terdapat beberapa aspek yang membuat Gapoktan Padi di Kabupaten Bogor memiliki daya saing yang lebih kuat dibandingkan pelaku tani lainnya untuk mewujudkan swasembada pangan: (1) jaminan Permintaan dan Stabilitas Harga: Gapoktan di Kabupaten Bogor memiliki keistimewaan berupa hak menjadi penyuplai kebutuhan beras untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diperantarai oleh PD. Pasar Tohaga dengan harga yang stabil. Hal tersebut menjamin pemasukan bagi Gapoktan sehingga memudahkan dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas budidaya padi, (2) akses Sumber Daya: untuk mewujudkan swasembada pangan, budidaya tanaman pangan memerlukan berbagai sumber daya baik berupa teknologi maupun bahan baku berkualitas. Gapoktan di Kabupaten Bogor memiliki akses yang lebih mudah terhadap penyediaan sumber daya tersebut karena menjadi penghubung antara pemerintah dalam pengadaannya, dan (3) kolektivitas: dengan banyaknya anggota yang tergabung di dalamnya, Gapoktan dapat menjadi sarana untuk mengadakan fasilitas secara kolektif sehingga mengurangi modal yang harus dikeluarkan oleh setiap petani.
Upaya Gapoktan dalam mencapai swasembada pangan di Kabupaten Bogor, Indonesia memiliki kontribusi signifikan industri pertanian. Gapoktan memiliki beberapa kualitas penting yang memungkinkannya memainkan peran penting dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, diperlukan pendekatan kolektif yang melibatkan entitas pemerintah, kelompok nirlaba, dan sektor komersial untuk mengatasi masalah-masalah seperti pengembangan infrastruktur, stabilisasi harga, dan pemeliharaan kebijakan yang konsisten. Daya saing Gapoktan untuk mencapai swasembada pangan bergantung pada keunggulan yang dimilikinya, yang mencakup jaminan stabilitas permintaan dan harga, aksesibilitas sumber daya yang mudah, dan pengambilan keputusan kolektif yang difasilitasi oleh platform kolaboratif. Dengan memanfaatkan keunggulan-keunggulan ini dan secara efektif menyelesaikan bidang-bidang yang perlu ditingkatkan dan tantangan potensial, organisasi Gapoktan di Kabupaten Bogor memiliki potensi untuk berkontribusi secara signifikan terhadap tujuan menyeluruh untuk mencapai ketahanan pangan nasional.