OLEH Fitria Dewi Raswatie, Staf Pengajar di Departemen Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan FEM IPB 

Indonesia sangat terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Bahkan di masa penjajahan, banyak dunia yang berambisi ingin menguasai rempah-rempah yang ada Indonesia. Rempah-rempah  merupakan bahan penambah rasa, warna, aroma, dan pengawetan makanan atau minuman. Banyak bagian tanaman rempah-rempah termasuk kulit kayu, kuncup, bunga, buah, daun, rimpang, akar, biji, stigma, atau seluruh pucuk tanaman yang dapat dimanfaatkan. Di Indonesia, terdapat beberapa jenis rempah-rempah yang cukup terkenal diantaranya pala, lada, cengkeh, kayu manis, vanili, dan jahe. Pala dan cengkeh dapat dikategorikan sebagai komoditas asli Indonesia, sedangkan lada, kayu manis, vanili, dan jahe merupakan rempah yang berasal dari negara lain (Sulaiman et al. 2018)

Sejalan dengan nilai sejarah yang ada, perkembangan rempah-rempah di Indonesia dinilai sangat prospektif sebagai komoditas yang diperdagangkan, terutama di pasar dunia. Rata-rata nilai ekspor rempah-rempah Indonesia menyumbang 21,06 persen dari total rempah-rempah di pasar dunia pada tahun 2013. Kemudian jika melihat ASEAN sebagai tujuan pasar, maka dari total nilai rempah-rempah Indonesia yang diekspor ke pasar dunia, terdapat sebesar 31,43 persen di ekspor ke wilayah ASEAN (UN Comtrade, 2013). 

Salah satu rempah di Indonesia yang memiliki potensi nilai ekonomi perdagangan, yaitu vanili. Meskipun vanili bukanlah rempah dengan pendapatan ekspor paling tinggi, namun vanili tetap merupakan rempah orientasi ekspor Indonesia yang berperan dalam peningkatan devisa negara dan memiliki potensi untuk dikembangkan (Elizabeth 2005). Vanili yang digunakan untuk keperluan ekspor bernama latin Vanilla Planifolia Andrews dan termasuk dalam keluarga anggrek (Orchidaceae). Tanaman ini banyak digunakan sebagai bahan pelengkap industri makanan dan pewangi obat-obatan. Industri makanan menggunakan vanili sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Industri farmasi menggunakan vanili sebagai pembunuh bakteri dan untuk menutupi bau tidak sedap lainnya (Nuzula 2013).

Ekspor vanili Indonesia, di Pasar ASEAN meliputi negara Singapura, Thailand, dan Malaysia. Negara-negara ini menjadi negara importir vanili Indonesia selama sepuluh tahun terakhir. Mengingat terdapat beberapa negara eksportir pesaing yang juga merambah ke pasar ASEAN, maka posisi daya saing vanili Indonesia di pasar ASEAN penting untuk diperhatikan. 

Hasil analisis X-Model yang digunakan untuk melihat daya saing perdagangan vanili Indonesia di pasar ASEAN, terutama di Singapura, Thailand, dan Malaysia menunjukkan posisi yang berbeda di masing-masing negara importir. Analisis X-Model ini menggunakan indeks RCA (Reveal Comparative Analysis) untuk melihat keunggulan komparatif vanili, dan analisis EPD (Export Product Dynamic) untuk melihat keunggulan kompetitif vanili. Pada analisis X-Model akan diketahui apakah vanili Indonesia di 3 negara ASEAN tersebut berada pada posisi pasar optimis, pasar potensial, pasar kurang potensial, atau pasar tidak potensial.

Vanili Indonesia memiliki keunggulan komparatif di 3 negara ASEAN, yaitu Singapura, Malaysia dan Thailand. Kondisi ini dapat dilihat dari hasil analisis RCA yang memiliki nilai lebih dari 1. Namun jika dilihat dari keunggulan kompetetif, berdasarkan hasil analisis EPD, vanili Indonesia memiliki posisi retreat di Malaysia dan posisi falling star atau di negara Singapura dan Thailand. Kondisi retreat menunjukkan kemunduran baik pada kekuatan bisnis maupun daya tarik pasar, sedangkan kondisi falling star menunjukkan hal yang tidak diinginkan juga karena kekuatan bisnis mulai berkurang meskipun masih memiliki daya tarik pasar. Dengan demikian, berdasarkan kombinasi keunggulan komparatif dan kompetitif tersebut, vanili Indonesia masih memiliki pasar potensial untuk Singapura dan Thailand, meskipun sangat disayangkan posisi daya saing vanili Indonesia memiliki pasar kurang potensial (Hannis, 2022)

Tabel 1. Hasil Analisis X-Model Vanili Indonesia di pasar Singapura, Malaysia dan Thailand

Negara Tujuan EksporRCAEPDX-Model
Singapura9,84Falling starPasar potensial
Malaysia3,28RetreatPasar kurang potensial
Thailand4,93Falling starPasar potensial

Sumber: (Hannis, 2022)

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Vanili Indonesia di Pasar ASEAN

Besarnya ekspor vanili Indonesia ke pasar ASEAN dipengaruhi secara signifikan oleh beberapa variabel, yaitu harga vanili Perancis sebagai negara pesaing, PDB per kapita Indonesia, PDB per kapita negara tujuan ekspor, jarak ekonomi dan nilai tukar. Peningkatan harga vanili Perancis sebesar 10 persen membuat volume ekspor vanili Indonesia meningkat sebesar 0,41 persen, ceteris paribus. Kenaikan harga vanili Perancis sebagai negara pesaing utama Indonesia menyebabkan negara-negara pengimpor menganggap bahwa harga ekspor vanili Perancis lebih mahal dibanding negara pesaing lainnya termasuk Indonesia. Peningkatan harga tersebut akan mengakibatkan penurunan permintaan ekspor vanili Perancis dan negara-negara pengimpor akan memilih ekspor dari negara lainnya, salah satunya Indonesia. Kenaikan harga ekspor komoditas negara pesaing akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja ekspor Indonesia (Gunawan, 2021) dan Manalu, 2020).

Peningkatan PDB riil perkapita Indonesia sebesar 1 persen maka akan meningkatkan volume ekspor vanili sebesar 22,58 persen, ceteris paribus. Meningkatnya PDB perkapita suatu negara mengindikasikan pertumbuhan ekonomi negara tersebut bersifat positif. Semakin meningkatnya PDB suatu negara maka kapasitas produksi dan kualitas barang dan jasa negara tersebut juga akan meningkat. Semakin besar GDP riil negara eksportir maka akan meningkatkan output yang dihasilkan oleh negara tersebut, sehingga berimplikasi pada peningkatan kemampuan ekspor yang disebabkan adanya peningkatan kemampuan dalam memproduksi (Adi, 2017 serta Mulyadi, Saenong, dan Balaka, 2017).

Peningkatan PDB riil perkapita negara tujuan sebesar 1 persen, maka volume ekspor vanili Indonesia akan mengalami penurunan sebesar 33,05 persen, ceteris paribus. Hal ini dapat terjadi akibat pola perilaku konsumsi masyarakat negara tujuan yang lebih selektif dalam konsumsi barang dan jasa. Terutama negara Singapura sebagai satu-satunya negara maju di Asia Tenggara, masyarakatnya yang memiliki taraf hidup lebih tinggi dibanding negara anggota ASEAN lainnya tidak akan sungkan untuk mengeluarkan lebih banyak uang untuk mengkonsumsi barang dan jasa yang lebih berkualitas. Hal itu kemudian membuat jumlah volume ekspor vanili Indonesia menurun. Peningkatan PDB riil perkapita negara tujuan akan mengakibatkan penurunan pada pangsa ekspor komoditas yang diteliti Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa PDB riil perkapita negara tujuan yang naik akan membuat negara tersebut mengimpor barang dan jasa dari negara lain yang memiliki kualitas lebih baik meskipun harganya lebih mahal (Manalu, 2020 serta Mongdong, Engka, dan Rompas, 2014)

Setiap terjadi kenaikan jarak ekonomi sebesar 1 persen maka volume ekspor vanili Indonesia akan menurun sebesar 9,60 persen ceteris paribus. Semakin jauh jarak tempuh antar negara yang melakukan perdagangan maka akan menambah kenaikan biaya transportasi sehingga lebih sedikit volume barang yang dapat diekspor (Ayuwangi 2013). 

Apabila rupiah terdepresiasi sebesar 1 persen maka volume ekspor vanili Indonesia akan meningkat sebesar 3,65 persen ceteris paribus. Nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume dan nilai ekspor negara pengekspor, sedangkan bagi negara importir, apabila terjadi apresiasi nilai tukar yang menyebabkan harga komoditas yang diperdagangkan menjadi relatif lebih mahal, maka negara importir tersebut akan memilih membeli dari negara lain dengan harga komoditas yang relatif lebih murah (Sandu dan Ghiba,2011 serta Muharami dan Novianti,2018).

Tabel 2. Hasil Estimasi Regresi Data Panel menggunakan Common Effect Model terhadap Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume Ekspor Vanili Indonesia ke negara Singapura, Malaysia dan Thailand.

Variabel IndependenKoefisienProbabilitas
Konstanta135,790,00
Harga vanili Perancis (Ln)0,410,07
PDB perkapita Indonesia (Ln)22,580,00
PDB perkapita negara tujuan (Ln)-33,050,00
Jarak ekonomi (Ln)-9,600,00
Nilai Tukar (Ln)-3,650,00
R-square 0,88
Prob (F-statistic)0,00
Sum squared resid12,19
Durbin-Watson stat1,83
Sumber: (Hannis, 2022)

Posisi daya saing vanili Indonesia di Singapura, Malaysia dan Thailand tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung dan penghambatnya.  Faktor produksi yang mendukung ekspor vanili Indonesia diantaranya rata-rata produksi vanili yang meningkat dan Indonesia merupakan negara penghasil vanili terbesar kedua di dunia. Dalam proses budidaya vanili, upaya peningkatan kualitas hasil produksi melalui upaya mengatasi penyakit busuk batang terus dilakukan. Namun sayangnya, luas areal perkebunan vanili di Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun (Hannis, 2022).

Di lain sisi, dari permintaan terhadap vanili Indonesia, meningkatnya permintaan vanili Indonesia di pasar dunia menjadi pendorong ekspor, begitu juga dengan jarak ekonomi yang berpengaruh terhadap permintaan vanili sehingga memungkinkan negara-negara ASEAN lebih mengutamakan ekspor vanili dari Indonesia dibandingkan dengan negara pesaing seperti Madagaskar, Perancis dan Jerman (Hannis, 2022).

Hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ekspor vanili Indonesia di negara-negara ASEAN yaitu peningkatan produktivitas vanili dengan menjaga kualitas vanili tersebut. Salah satu hal yang menyebabkan lemahnya daya saing ekspor vanili Indonesia adalah karena sebagian besar petani vanili belajar secara autodidak sehingga tidak ada keseragaman mutu vanili dalam negeri. Adanya penyuluhan serta bimbingan teknologi kepada petani vanili Indonesia terhadap tata cara penanaman vanili serta pasca panen vanili dengan baik sangat diperlukan untuk dapat menjaga produksi vanili baik secara kuantitas maupun kualitas. Jika dilihat dari bagian hilir, industri pengolahan pasca produksi vanili di Indonesia belum berkembang. Di beberapa wilayah penghasil vanili, perlu juga diperhatikan adanya dustrialisasi pasca produksi. Hal ini dapat menunjang ekspor vanili melalui peningkatan nilai tambah vanili itu sendiri.

sumber: https://www.republika.id/posts/43614/daya-saing-vanili-indonesia-di-pasar-asean

Related Posts