Oleh: Dr. Indra Refipal Sembiring Dosen Departemen Manajemen FEM IPB

Suara dan karya Putri Ariani mendapat ganjaran Golden Buzzer dari Simon Cowel di edisi America’s Got Talent 2023. Dengan demikian ia mendapatkan percepatan signifikan dari para peserta yang mengikuti audisi yang sama. Kesempatan untuk tampil live tanpa mengikuti langkah-langkah audisi yang lebih panjang memberikan keunggulan untuk memenangkan perlombaan yang berhadiah satu juta dolar. Golden Buzzer atau Bel Emas ini adalah pemicu signifikan untuk pencapaian prestasi yang lebih tinggi untuk Putri Ariani dan siapapun yang memperolehnya.

Berbicara tentang Golden Buzzer ibarat berbicara tentang titik kritis yang menentukan masa depan seseorang. Dalam dunia kerja, titik ini adalah penentu bagaimana seseorang dapat memperoleh percepatan karir (Career Advancement). Career Advancement adalah proses yang menunjukkan bagaimana seorang karyawan mengumpulkan informasi relevan tentang nilai-nilai, keterampilan, kekuatan, dan kelemahan mereka. Dalam proses ini, karyawan juga mengidentifikasi tujuan karir mereka, dan keterlibatan dalam strategi karir yang dapat meningkatkan peluang untuk mencapai tujuan mereka. Percepatan karir meliputi kehidupan bekerja seorang karyawan, pendidikan formal mereka, dan meliputi tahap-tahap berbeda, serta isu spesifik yang dihadapi karyawan dalam menjalani karir mereka. Career Advancement adalah tujuan organisasi untuk memberikan peluang bagi karyawan untuk berkembang secara individual dan professional.

Dalam laporan yang dirilis oleh Deloitte (2022), generasi Z yang lahir di periode waktu 1995 sampai 2023 mencapai total 24% dari seluruh populasi di Asia Tenggara. Mereka merupakan kekuatan generasi produktif yang memiliki karakter yang berbeda dengan generasi sebelumnya (milenial) termasuk bagaimana menghadapi dunia kerja. Mereka cenderung memilih perusahaan yang tidak terlalu besar namun memiliki tujuan sosial yang jelas. Generasi yang juga dikenal sebagai “digital natives” ini juga memiliki level fleksibilitas bekerja yang lebih besar, terutama terhadap pengelolaan waktu dan interaksi yang berbasis digital, yang relatif tidak memiliki keterbatasan dalam waktu. Lebih lanjut, Deloitte menjelaskan bahwa generasi ini mengidamkan perusahaan yang memberikan budaya yang memelihara dan mendukung pertumbuhan. Peningkatan Karir menjadi poin penting bagi mereka untuk menyeleksi perusahaan apa yang akan menjadi tempat mereka bertumbuh sebagai karyawan.

Di Indonesia berdasarkan Sensus Penduduk BPS 2020, sekitar 31 juta jiwa Gen Z diproyeksikan masuk dalam angkatan kerja nasional mulai dari tahun 2024. Jumlah ini adalah 44% dari total pekerja formal lintas generasi. Dalam Studi Dwidienawati dan Gandasari (2018) dijelaskan bahwa Gen Z di Indonesia memiliki karakter yang realistis dan mencari keamanan dan stabilitas. Hampir sama dengan yang dilaporkan penelitian-penelitian lainnya generasi Z di Indonesia juga tidak lepas dari kedekatan dengan teknologi internet. Kemudahan yang mereka dapatkan dalam mengakses teknologi menjadi faktor yang mendukung karakteristik mereka sebagai individu yang fleksibel dan dapat melakukan berbagai pekerjaan dalam waktu bersamaan.

Namun, Gen Z juga memiliki kelemahan dari pandangan perusahaan pemberi kerja. Tanoto Foundation dalam publikasi tahun 2021 menunjukkan bahwa kinerja individu Gen Z memiliki keterbatasan dalam kemampuan komunikasi, kecerdasan emosional, dan kemampuan beradaptasi. Faktor lainnya yang mendapatkan sorotan adalah rendahnya kerja dalam tim, kemampuan untuk bekerja di bawah tekanan, dan etika dalam bekerja.Tidak heran jika Deloitte Global 2022 menjelaskan bahwa 46% Gen Z dalam survey-nya memutuskan hubungan kerja karena tidak terpenuhinya harapan atas budaya dan fleksibilitas kerja yang baik di lingkungan kerjanya. Lingkungan kerja yang toxic kemudian menjadi alasan utama untuk keputusan mereka untuk hengkang dari perusahaan.

Fakta di atas menambah daftar panjangan tantangan generasi saat ini dalam menghadapi persaingan dunia kerja yang semakin menantang. Pertanyaan utama adalah bagaimana karyawan Gen Z kemudian dapat menempatkan diri dalam dunia kerja dan menemukan Golden Buzzer-nya.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh peneliti IPB, Idham dan Anggraini (2017), ditemukan bahwa promosi internal dalam sebuah perusahaan memiliki keterkaitan yang kuat dengan prestasi kerja, pengenalan oleh pihak lain, pemandaatan mentor dan sponsor, dan pemanfaatan untuk bertumbuh. Variabel pemanfaatan mentor dan sponsor menjadi variabel pengembangan karir yang tingkat keeratannya paling kuat dengan kompetensi, promosi internal, dukungan supervisor, dan kepuasan kompetensi. Dalam penelitian lainnya ditunjukkan bahwa motivasi, keterampilan, dan pengetahuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan karir karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor eksternal dan internal yang berperan dalam pengembangan atau peningkatan karir karyawan.

Bagi karyawan Gen Z, faktor keunggulan internal yang mereka miliki hendaknya dapat dimanfaatkan untuk kemudian diasah dan dikembangkan dalam dunia kerja. LinkedIn (2019) bahkan menjelaskan bahwa Gen Z memiliki sifat-sifat yang harus diasah untuk dapat sebesar-besarnya dimanfaatkan dalam pencapaian tujuan bisnis sebuah perusahaan. Sifat-sifat tersebut antara lain adalah Tech-Savvy (kedekatan terhadap teknologi) yang memungkinkan untuk penyelesaian pekerjaan dengan lebih cepat serta penyederhanaan kompleksitas bisnis dengan pemanfaatan teknologi. Selanjutnya, Gen Z memiliki sifat independen yang memungkinkan mereka untuk bekerja sendiri tanpa pengawasan yang berlebihan. Keinginan untuk bersaing membuat Gen Z juga memiliki potensi untuk berinovasi dan menemukan alternatif pengembangan usaha yang lebih beragam. Gen Z memiliki sifat yang lebih open minded, yang membuat mereka menjadi lebih fleksibel untuk menerima perubahan.

Lingkungan kerja sebagai faktor eksternal bagi karyawan Gen Z tentunya harus dapat membaca dan mengarahkan kemampuan internal yang dimilikinya. Untuk perusahaan-perusahaan yang lebih dewasa dalam pengelolaan talenta, hal ini bukanlah sesuatu yang asing. Keberadaan lintas generasi dalam perusahaan harus dapat dimaknai sebagai komplementer dalam menyikapi perubahan dan tantangan yang lebih besar lagi. Lebih lanjut perusahaan harus memahami bahwa segment pelanggan potensial yang disasar di luar sana adalah banyak berada pada kelompok Gen Z. Hal ini membuat investasi dalam pengembangan karyawan Gen Z menjadi semakin penting. Lalu apa yang dapat dilakukan organisasi untuk Career Advancement?

Kembali belajar pada pencapaian Putri Ariani dalam ajang America’s Got Talent. Perusahaan ibarat manajemen pencarian bakat yang kemudian mengumpulkan peserta dari segala penjuru untuk diuji dan kemudian ditemukan untuk dikembangkan. Perusahaan harus menyediakan kesempatan untuk pengembangan dan pertumbuhan personal – dapat dilakukan melalui program training, workshop, dan seminar untuk membantu karyawan memperoleh keterampilan dan pengetahuan. Investasi dalam training dan pengembangan karyawan dapat dilakukan dengan mengalokasikan sumber daya untuk mendukung pertumbuhan karir, seperti menyediakan akses terhadap program Pendidikan dan sertifikasi professional.

Dalam perjalanan karir karyawan Gen Z,  perusahaan haruslah menciptakan budaya Continuous Learning – dengan mendorong karyawan untuk terlibat dalam program pembelajaran dan pengembangan  yang mempromosikan pertumbuhan pola piker dan menyediakan akses berupa buku-buku, kursus online, dan program mentoring. Secara khusus, program mentoring bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi karyawan Gen Z untuk mengenal diri mereka dan kemudian mengoptimalkan kinerjanya dengan mengoptimalkan keunggulan mereka dibanding khawatir terhadap faktor-faktor yang bersifat asumtif yang menimbulkan ketakutan dan keengganan untuk berkontribusi bagi perusahaan.

Lebih lanjut, perusahaan harus dapat menawarkan perencanaan dan panduan karir. Perusahaan dapat menyediakan platform panduan dan dukungan untuk menetapkan tujuan karir dan perencanaan pengembangan. Hal ini dapat berupa kajian kinerja secara reguler, konseling karir, dan peluang untuk rotasi kerja dan promosi. Di dalamnya juga dilakukan penilaian kinerja dan dilanjutkan dengan pemberian penghargaan atas pencapaian-pencapaian terutama kepada karyawan yang mendemonstrasikan pertumbuhan dan percepatan dalam kariri mereka. Hal ini dapat dilakukan melalui promosi, peningkatan gaji, bonus, dan bentuk penghargaan lainnya. Secara berkala, perusahaan dapat mengevaluasi dan menyesuaikan program percepatan karir mereka dengan cara mengevaluasi efektivitas dari inisiatif percepatan karir dan membuat penyesuaian berdasarkan masukan dan perubahan kebutuhan organisasi. Berkaca pada pencapaian Putri Ariani, dirinya bukanlah peserta kemarin sore dalam ajang bakat seperti America’s Got Talent. Dia sudah ditempa dalam ajang serupa beberapa tahun yang lalu dalam format Indonesia. Setelah menjadi pemenang, dia kemudian tetap mengasah kemampuannya untuk kemudian ditampilkan di ajang yang lebih besar lagi. Kegigihan dan fokus pada tujuan untuk menjadi pemenang menjadi bekal bagaimana kemampuan dan prestasi yang dimilikinya di masa lalu dapat ditingkatkan untuk memperoleh pencapaian yang lebih besar. Dengan sebuah pemicu, terbukalah kesempatan yang akan mempertemukannya dengan panggung yang lebih besar, mentor yang lebih banyak, dan tentunya tantangan untuk mempersembahkan penampilan yang lebih baik lagi. Untuk karyawan Gen Z, ini berarti bahwa kesempatan Goden Buzzer cepat atau lambat akan menghampiri. Apakah kemudian Bel Emas tersebut menjadi alat Career Advancement adalah Kembali pada kesiapan untuk menerima tanggung jawab dan pekerjaan serta pencapaian yang lebih besar. Jadi, “Stay Hungry, Stay Foolish!”.

sumber: https://republika.id/posts/43094/golden-buzzer-dan-kemajuan-karier-gen-z

Related Posts