Oleh Dr Anna Fariyanti (Staf Pengajar Departemen Agribisnis FEM IPB)                                                          Dr M Yanuar J Purwanto (Staf Pengajar Departemen Sipil dan Lingkungan, Fateta IPB)                              Dr Herdhata Agusta (Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB)                    Herawati (Staf Pengajar Departemen Agribisnis FEM IPB)                                                                                  Triana Gita Dewi (Staf Pengajar Departemen Agribisnis FEM IPB)

Sawit merupakan salah satu komoditas yang dapat dikatakan ”seksi” karena selalu menjadi pembicaraan sepanjang waktu baik pada tingkat nasional maupun global, baik pada tingkat pemerintah maupun pelaku bisnis, baik pada tingkat peneliti maupun lembaga penelitian. Hal tersebut terjadi karena sawit merupakan komoditas perkebunan strategis yang bernilai ekonomi tinggi dan telah memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. 

Salah satu aspek yang sering menjadi pembicaraan mengenai sawit di Indonesia diantaranya adanya permasalahan yang masih terjadi sampai saat ini dan terus berulang yaitu masalah produktivitas yang rendah. Produktivitas sawit pada perkebunan rakyat sebesar 2,5 ton CPO/ha lebih rendah dibandingkan perkebunan milik negara sebesar 3,2 ton CPO/ha dan perkebunan swasta sebesar 3,3 ton CPO/ha sementara potensial nya dapat mencapai 4 ton CPO/ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2021). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya produktivitas sawit diantaranya umur tanaman sawit yang diusahakan sudah tua (melebihi 25 tahun) dan penerapan budidaya sawit yang belum sepenuhnya mengikuti Good Agricultural Practices (GAP), seperti jumlah penggunaan input yang tidak sesuai dengan umur tanaman, dan penanganan hama dan penyakit. Selain aspek teknis, permasalahan sawit lainya yaitu harga sawit yang berfluktuasi. 

Disamping permasalahan pada aspek budidaya dan pasar, terdapat permasalahan lain dari aspek manajerial petani/pekebun sawit. Sebagian besar petani/pekebun sawit tidak melakukan maupun memiliki pencatatan usahatani. Semua penggunaan input,  transaksi pembelian input dan penjualan output hanya berdasarkan pada ingatan. Tanpa adanya pencatatan usahatani maka petani tidak mengetahui secara pasti keuntungan atau kerugian usahatani, tingkat efisiensi penggunaan sumberdaya dan akan kesulitan melakukan perencanaan untuk pengembangan usahatani sawit. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka untuk memajukan pertanian khususnya dalam pengelolaan usahatani sawit, pada era digital 4.0 saat ini, berbagai aplikasi telah dikembangkan.  Dengan penggunaan sistem digital dapat meningkatkan efisiensi usahatani sawit sehingga permasalahan produktivitas maupun daya saing sawit dapat diatasi. Hal itu terjadi karena dengan menggunakan bantuan aplikasi maka petani dapat dengan cepat mengetahui kondisi usahatani sawit sehingga dapat mengalokasikan input secara optimal dan mengetahui analisis ekonomi usahatani berdasarkan informasi yang diperoleh dari aplikasi digital. 

Aplikasi yang terkait dengan komoditas sawit sebelumnya sudah pernah diluncurkan seperti Aplikasi Pro-Sawi, khusus dari aspek pemasaran dengan update harga jual sawit realtime tetapi tidak memperhatikan dari pengelolaan usahatani sawit baik keuntungan maupun peramalan produksi. Selain itu terdapat aplikasi PreciPalm merupakan aplikasi yang bisa memberikan informasi kebutuhan hara pada perkebunan kelapa sawit dengan memanfaatkan citra satelit sentinel dan drone. Sementara itu PalmOilTrace merupakan aplikasi memetakan profil petani kelapa sawit (beserta keluarganya) dan ketertelusuran mulai dari perkebunan, agen, serta pabrik yang berpartisipasi. Perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk. telah meluncurkan aplikasi berbasis teknologi informasi yang dirancang untuk mencapai produktivitas seperti aplikasi Melli (Mill Excellent Indicator) yang digunakan untuk memasok data yang cepat dan akurat mengenai indikator-indikator yang ada di pabrik kelapa sawit. Aplikasi Dinda pengembangan model sistem yang mendukung konsep operasional excellent dan memfasilitasi manajemen untuk mengembangkan kerja-kerja yang efektif dan efisien. Selanjutnya Amanda (Aplikasi Mandor Astra Agro) yang dirancang untuk menjawab tantangan pelaksanaan kegiatan operasional yang sesuai standar Astra Agro. Sementara itu PTPN V mengembangkan Sawit Rakyat Online, sebuah aplikasi berbasis android yang memudahkan petani mengakses dan mendapatkan bibit sawit unggul bersertifikat. 

Gambar 1.  Bentuk Tampilan Aplikasi Usahatani Sawit Pintar  (Aspek Lahan, Penerimaan)

Aplikasi yang telah dibangun tersebut rata-rata masih bersifat parsial sesuai kebutuhan seperti misalnya informasi harga, pemesanan bibit, kondisi hara pupuk dan operasional pabrik. Berdasarkan pada aplikasi sawit yang telah ada tersebut selanjutnya penulis mengembangkan aplikasi digital berbasis android yaitu prototipe Aplikasi Usahatani Sawit Pintar, yang nantinya dapat digunakan petani/pekebun sawit dalam mengelola usahatani sawit secara komprehensif.  Aplikasi usahatani sawit pintar yang dibangun mempunyai kelebihan mencakup semua aspek mulai dari identitas wilayah, karakteristik petani dan usahatani, kegiatan usahatani (input – output) dan transaksi penjualan produk dan pembelian input mulai dari kegiatan replanting (tahun nol) sampai satu siklus produksi sawit rakyat (25 tahun) dan sekaligus meramalkan produksi dan keuntungan usahatani sawit rakyat setiap tahun. Dalam kaitannya dengan peramalan produksi, aplikasi akan menggunakan koefisien parameter yang telah diestimasi di luar sistem. 

Komponen pada fitur aplikasi usahatani sawit pintar telah dikonfirmasi melalui wawancara dengan petani sawit. Penggunan Aplikasi Usahatani Sawit Pintar berbasis Android ini dapat memberikan manfaat bagi pengelola usahatani, perusahaan pengolahan sawit dan pemerintah daerah, yaitu: 

1. Bagi pengelola (petani/pekebun) usahatani sawit

  1. Mengetahui kondisi usahatani kelapa sawit secara cepat.
  2. Mengatasi permasalahan teknis seperti dalam mengalokasikan input secara optimal sesuai dengan GAP. 
  3. Mengetahui pendapatan usahatani dan peramalan produksi kelapa sawit setiap tahun. 
  4. Mengatasi permasalahan produktivitas dan daya saing kelapa sawit. 
  5. Meningkatkan efisiensi usahatani kelapa sawit. 

2. Bagi perusahaan pengolahan sawit 

  1. Dapat memonitor dinamika pengelolaan perkebunan (proses produksi) kelapa sawit rakyat berdasarkan wilayah baik mencakup jadwal panen, jumlah panen dan wilayah sentra produksi. 
  2. Mengatasi kesulitan dalam memenuhi kapasitas bahan baku pabrik karena melalui pusat database sudah tersedia informasi wilayah-wilayah yang sedang panen.  
  3. Dapat memanfaatkan data pada Pusat Database untuk melakukan pembelian atau pengangkutan sawit.
  4. Dapat merencanakan pembangunan industri pengolahan sawit di wilayah sentra produksi sawit sesuai dengan informasi pada Pusat Database.

3. Bagi Pemerintah Daerah

a. Dapat melakukan pembinaan berdasarkan informasi dari sistem aplikasi

b. Dapat melakukan pemetaan terhadap wilayah-wilayah sentra sawit

c. Dapat menginventaris rata-rata produksi setiap wilayah sehingga dapat melakukan perencanaan pengembangan sawit pada setiap wilayah

d. Dapat melakukan model2 logistik sawit untuk setiap wilayah

Prototipe Aplikasi Usahatani Sawit Pintar ini perlu dilanjutkan pada tahap pengembangan sehingga dapat segera dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja usahatani sawit Indonesia. Tentunya penegmbangan aplikasi ini perlu juga dianalisis lebih lanjut dari aspek bisnis. 

Related Posts